Baca tulis merupakamn gerbang dunia. Dengan membaca dan menulis, seseorang dapat melihat dunia dengan segala perkembangannya. Dengan sendirinnya, orang tersebut juga memiliki kesempatan untuk menguasai ilmu pengetahuan. Sehingga dapat mengembangan potensi dirinnya untuk menciptakan dunia yang lebih baik.
Namun ternyata jumlah masyarakat buta aksara cukup banyak. Tak hanya di Indonesia, tapi juga di belahan dunia lainnya. Hal ini sangat ironis melihat tantangan kedepat semakin berat.
Di Indonesia, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2005, bahwa umur diatas 15 thn setidaknya14,59 juta buta aksara. Hal ini diperparah dengan minimnya anggaran pemerintah untuk pendidikan.
Tak dapat dipungkiri ada factor-factor lain yang menyebabkan orang menjadi buta huruf, seperti kemiskinan. Apalagi mengingat tingginya biaya pendidikan. BPS mencatat, angka kemiskinan di Indonesia tahun 2005 sebanyak 35,1 juta jiwa, penduduk hampir miskin 26,2 juta jiwa. Sedangangkan pengangguran mencapai 40,4 juta jiwa. Sungguh “luar biasa”.
Andaikan setiap orang yang ada di Indonesia ini menyisihkan uangnya Rp.100/ orang saja untuk dialokasikan ke pendidikan, berapa banyak uang yang terkumpul.
Jika garaka yang seperti ini digulirkan secara berkala, maka bangsa kita pasti dapat keluar dari berbagai masalah, tak terkecuali masalah buta aksara. Namun sayangnya, kesadaran seperti ini masih sangat minim. Setiap orang masih memikirkan kehidupan pribadinya tampa ambil pusing dengan kehidupan orang lain, meskipun itu adalah saudara seimannya.
{ 0 Comment... Skip ke Box Comments }
Post a Comment