Perokok Lebih Bodoh dari Non Perokok

Penelitian terbaru menyebutkan, rata-rata perokok memiliki IQ lebih rendah dari non-perokok

Hidayatullah.—Jika Anda masih perokok sebaiknya berhentilah segera. Dalam temuan terbaru sebagaimana dikutip reuters, perokok memiliki IQ lebih rendah dari non-perokok. Temuan juga mendapatkan, semakin banyak seseorang merokok, maka semakin rendah IQ-nya. Demikian sebuah penelitian di lebih dari 20.000 calon tentara Israel.

Penelitian dilakukan pada laki-laki muda yang merokok satu pak rokok sehari atau lebih memiliki nilai IQ 7,5 poin lebih rendah dibandingkan non-perokok, menurut penemuan yang dilakukan oleh Dr Mark Weiser Sheba Medical Center di Tel Hashomer dan rekan-rekannya.

“Remaja dengan nilai IQ yang lebih rendah mungkin ditargetkan untuk program-program yang dirancang untuk mencegah merokok,” seperti yang mereka simpulkan dalam jurnal Addiction.

Meskipun ada bukti hubungan antara merokok dan IQ lebih rendah, banyak penelitian telah mengandalkan tes kecerdasan diberikan dalam masa kanak-kanak, dan juga termasuk orang-orang dengan mental dan masalah perilaku, yang kedua lebih mungkin untuk merokok dan lebih cenderung memiliki IQ rendah, Weiser dan catatan timnya dalam laporan mereka.

Untuk lebih memahami hubungan IQ dengan merokok, peneliti mengamati 20.211 orang dengan usia 18 tahun yang akan direkrut ke dalam tentara Israel. Kelompok ini tidak memasukan orang dengan masalah kesehatan mental yang besar, karena individu seperti ini sudah didiskualifikasi dari dinas militer diawal perekrutan.

Menurut peneliti, 28 persen dari peserta penelitian merokok setidaknya sebatang sehari, sekitar 3 persen mengatakan mereka mantan perokok, dan 68 persen tidak pernah merokok.

Perokok yang telah menjalani tes, secara signifikan memiliki skor lebih rendah daripada non-perokok, dan hal ini dibenarkan oleh para peneliti yang telah memperhitungkan status sosial ekonomi yang diukur dari berapa tahun pendidikan formal yang telah diselesaikan oleh ayah calon-calon tentara Israel ini.

IQ rata-rata non-perokok sekitar 101, sementara itu 94 laki-laki mulai merokok sebelum memasuki militer. IQ terus turun sebagaimana jumlah asap rokok terus meningkat, dari 98 perokok diantaranya satu orang menghabiskan lima batang rokok sehari dan 90 perokok lainnya menghabiskan lebih dari satu bungkus per hari. IQ para perokok ini rata-rata 84-116 dianggap menunjukkan dengan IQ kecerdasan rata-rata.

Calon-calon tentara ini tidak diperbolehkan merokok sambil menjalani tes kecerdasan yang diberikan, para peneliti mencatat, jadi mungkin saja gejala penarikan perokok mungkin mempengaruhi skor.

Peneliti juga membandingkan IQ pada 70 pasang saudara kandung dalam kelompok di mana satu saudara merokok dan yang lain tidak. Sekali lagi, IQ rata-rata untuk non-perokok pada kelompok saudara kandung lebih tinggi dibandingkan dengan perokok.

Temuan menunjukkan bahwa individu dengan IQ lebih rendah cenderung memilih untuk merokok, daripada meninggalkan rokok karena dapat membuat orang kurang cerdas, demikian yang disimpulkan oleh Weiser dan timnya. Masih berkeinginankah Anda untuk tetap merokok? [rtr/pko/www.hidayatullah.com]

Hillary Clinton Tak Mampu Jawab Kritik Pelajar SMU

Pelajar itu juga mengkritik Clinton karena berusaha mengalihkan perhatian dan menghindar menjawab pertanyaan tersebut

Seorang pelajar Arab Saudi hari Ahad (21/2) bertanya kepada Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Hillary Clinton. Pelajar itu juga mengkritik Clinton karena berusaha mengalihkan perhatian dan menghindar menjawab pertanyaan tersebut.

Maryam Alawi, seorang pelajar Jeddah, menyatakan bahwa ia tidak mendapatkan yang benar dari Clinton. Dalam surat yang dilayangkannya kepada Arabnews, Maryam menulis, "Pertanyaan saya sangat sederhana dan jelas, namun Clinton sama sekali tidak memberikan jawaban yang memuaskan," ujarnya.

Alawi, adalah pelajar SMU Internasional India di kota Jeddah, Arab Saudi. Bersama enam teman kelasnya, ikut dalam acara di Fakultas Daar al-Hikmah yang juga dihadiri Clinton.

Ia bertanya soal sikap Washington terhadap keberadaan senjata destruksi massal di Timur Tengah.

Pertanyaannya adalah, "jika Amerika Serikat sedemikian menentang program nuklir Iran, mengapa Amerika tidak memaksa Israel memusnahkan senjata nuklirnya?"

Dalam menjawab pertanyaan ini, Clinton memberikan penjelasan panjang lebar dan bahkan sangat detail soal kebijakan Amerika terhadap Iran, namun sama sekali tidak menyebut nama Israel.

"Kita bukan hanya menginginkan dunia yang bebas dari senjata nuklir, melainkan juga Timur Tengah yang bebas dari senjata destruksi massal," kata Clinton.

AFP dari Jeddah melaporkan, dalam surat kepada Arabnews itu, Maryam mengkritik kemunafikan Amerika Serikat (AS) tentang masalah nuklir

"Clinton mengklaim bahwa Amerika di bawah pimpinan Presiden Barack Obama berupaya memulihkan hubungannya dengan dunia Islam dan memperkokohnya. Namun rencana ini tidak akan terwujud tanpa menjawab berbagai pertanyaan yang sudah lama bergejolak di benak opini umum Timur Tengah," jelas Maryam.

Maryam dalam wawancaranya dengan AFP mengaku gugup saat melontarkan pertanyaan politik tajam ini. Namun setelah mengemukakannya, Maryam mendapat aplaus dari para hadirin.

Pekan lalu, Clinton memulai safarinya ke Timur Tengah untuk mengkampanyekan program-program anti-Iran di kawasan. [arbn/irb/www.hidayatullah.com]

Penyebab Munculnya Kudung Gaul

Barat yang notabene Yahudi dan Nasrani, mengidentifikkan pakaian sebagai mode atau trend yang harus merangsang laki-laki. Wanita barat berperinsip keindahan tubuh adalah anugrah, mengapa harus ditupup-tutupi?

Maka jika ditelusuri, mmunculnyakudung gaul ini sebagai infiltrasi atau perembesan budya pakaian barat terhadap generasi mud Islam. Mengapa hal ini bisa terjadi? Hal ini disebabkan beberapa factor.

Pertama, maraknya tayangan TVatau bacaan yang terlalu berkiblat ke Barat. Hal ini lebih diperparah lagi dengan menjamurnya rental–rental VCD yang semakin membawa generasi muda memasuki dunia model ala Barat. Kedua, minimnya pengetahuan anak terhadap nilai-nilai Islam.

Ketiga, kegagalan fungsi keluarga. Munculnya fenomena kudung gaul ini secara tidak langsung mengambarkan kegagalan fungsi sebuah keluarga sebagai control terhadap gerak langkah anak-anak muda. Parahnya, orang tua sendiri cenderung terbawa oleh arus modern. Terbukti kudung gaul ini telah merambah juga pada orang tua dengan dalih ikut mode. Keempat, para perancang busana tidak memahami dengan benar prinsip Islam.
Kelima, munculnya para muallaf dikalangan artis, atau artis yang baru pakai pakai kerudung. Sehingga penggemarnya ikut-ikutan meniru gaya artis tersebut.
Dari lima sebab di atas, dapat disimpulkan bahwa dunia Islam, khususnya di Indonesia, tengah dilanda degradasdi moral yang terjadi secara berkesinambungan. Generasi muda dicekcoki dengan tontonan instant (seks, kekerasan, dan horror). Akibatnya mereka kian permisif dan emosional. Berbagai kekerasan dan seks pun melanda negri ini. Kudung gaul dalam hal ini sebagai imbas dari semua itu.

Sebuah Fenomena Kudung Gaul

Dengan penuh percaya diri, seorng wanita muda berjalan menyusuri trotoar jalan besar di Bandung. Langkahnya gontai dengan ayunan kaki yang diatur sedemikian rupa, layaknya seorang pragawati. Kerudung warna melenium dengan sedikit aksesoris, mlilit hinga lehernya seolah memberikan citra tersendiri sebagai remaja muda masa kini.
Banjunya yang super ketat mempelihatkan lekuk-lekuk tubuhnya. Sesekali pusarnya “terpaksa” ditampakkan mengingat bajunya terlalu kecil.

Celana yang dikenakan pun tak jauh beda, terbuat dari bahan halus. Ini memang sengaja dipakai agr seluruh bagian pinggul, pantat, paha, terbentuk dengn sempurna. Ketika naik angkot terlihat dengan jelas bagian pinggulnya terbuka dan celana dalamnya terlihat lebih tinggi dari celana pangjangnya.
Wanita itu tidak sendirian, di pojok pertokoan, berkerumun segerombol remja lain dengan pakaian yang nyaris sama. Namun bedanya mereka kaos dan celana jeans kett dengan sandal hak tinggi. Fenomena ini tenyata, bukan didominasi oleh kaula muda saja, tapi sebagian ibu-ibu atau tante-tante tak ketinggalan ikut larut mengikuti mode.
Itulah fenomena remaja Islam modern dengan jilbabnya yang khas. Jilbab model seperti ini mereka sebut “kudung gaul, atau gaya selebritis.” Entah siapa yang pertama kali memulai.
Dari cerita di atas, nampak bagaiman seseorang yang berkerudung menjadi pust perhatian dan sasaran mata keranjang. Tentu hal ini akibat adanya pelanggarang yang dilakukan wanita tersebut. Karena jilbab yang sesunguhnya justru menjaga wanita dari godaan laki-laki.
Jilbab berfungsi menjaga nafsu birahi laki-laki yang biasanya bangkit melihat aurat wanita. Tak heran jika jilbab yang sebenarnya menutupi seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan.

Valentine's Day dan Bahaya Budaya Liberal

Liberalisme kini telah menyelinap dalam berbagai sendi kehidupan. Liberalisme yang dilandasi sekularisme ini tidak hanya mewarnai sistem ekonomi, sistem hukum, dan sistem politik, namun juga dapat kita rasakan dalam kehidupan budaya. Makin terasa adanya pergeseran nilai. Salah satu budaya liberal yang mewarnai kehidupan masyarakat kita adalah perayaan ”Hari Kasih Sayang”.

Kehebohan dalam rangka "Hari Kasih Sayang" (Valentine’s Day) begitu terasa selama sepekan ini. Budaya asing itu, kini bukan hanya melanda ABG, tetapi juga melanda orang-orang dewasa. Berbagai perayaan diadakan guna melestarikan budaya penyembah berhala jaman Romawi kuno ini. Kehebohan pun menghiasai halaman-halaman media massa dari media cetak hingga televisi. Mall dan pusat perbelanjaan sampai toko-toko kecil pun turut larut dalam kehebohan itu.

Kehebohan ini dibungkus dengan sebutan yang indah, "Hari Kasih Sayang", yang mendorong semua orang untuk mengungkapkan cinta dan sayangnya kepada orang-orang dekat mereka khususnya pasangan. Namun sejatinya, kehebohan ini sarat dengan kampanye seks bebas dan desakralisasi keperawanan (keperawanan tak lagi dianggap ’suci’).
 

Kehebohan "Hari Kasih Sayang" ini seiring-sejalan dengan pornoaksi. Hal ini bisa dilihat dari laris manisnya penginapan dan tempat-tempat pelesiran selama Valentinan yang dipesan dan didatangi oleh pasangan muda-mudi dan pria-wanita dewasa. Omset penjualan kondom yang melonjak juga menandakan bahwa kehebohan "Hari Kasih Sayang" ini tidak jauh dari aktifitas seks bebas. Selama Valentinan, suasana memang didesain erotis dan dipadu dengan budaya konsumsi coklat yang mengandung Phenylethylamine dan Seratonin. Coklat ini memacu gairah ekstase dan erotis serta berefek meningkatkan kegembiraan dan stamina.

Kampanye Seks Bebas dan Budaya Liberal "Hari Kasih Sayang" yang diperingati setiap bulan Februari hanyalah salah satu sarana sekaligus momentum kampanye seks bebas, khususnya di kalangan generasi muda. Bulan Desember lalu, Hari AIDS se-Dunia juga dijadikan momentum yang sama. Kampanye sekaligus praktik seks bebas sebetulnya sudah lama berlangsung dan dilakukan secara luas. Hal itu bisa dilihat dari beberapa data hasil penelitian. Misalnya, berdasarkan hasil survei Komnas Anak dan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) di 12 propinsi pada tahun 2007 terungkap sebanyak 62,7 % anak SMP yang diteliti mengaku sudah tidak perawan. Sebanyak 21,2 % anak SMA yang disurvei mengaku pernah melakukan aborsi. (Media Indonesia, 19/7/08).

Maraknya seks bebas juga bisa dilihat dari data tentang HIV/AIDS. Hal itu karena HIV/AIDS, 75-85%-nya ditularkan melalui hubungan seks, 5-10 persen melalui homoseksual, 5-10 persen akibat alat suntik yang tercemar terutama pengguna narkoba jarum suntik dan 3-5 persen tertular lewat transfusi darah. Padahal Departemen Kesehatan RI memperkirakan, 19 juta orang saat ini berada pada risiko terinfeksi HIV. Menurut data Yayasan AIDS Indonesia (YAI), jumlah penderita HIV/AIDS di seluruh Indonesia per Maret 2009, mencapai 23.632 orang. Dari jumlah itu, sekitar 53 persen terjadi pada kelompok usia 20-29 tahun, disusul dengan kelompok usia 30-39 tahun sekitar 27 persen.

Liberalisasi dalam segala lini merupakan benang merah dari Valentine yang menimbulkan rentetan dampak lainnya pada seorang remaja, masa depannya, hingga generasi berikut. Jika dibiarkan, akan semakin ramai saja remaja yang terkepung oleh budaya Barat, dan ini menghancam pada kualitas suatu negara.

Mereka yang melakukan seks bebas, adalah mereka yang tidak memikirkan dampak perbuatan dan masa depannya kelak. Jika laki - laki, mereka jadi pribadi yang tidak lagi memikirkan bagaimana menjadi pemimpin keluarga yang baik dan bertanggungjawab. Dan perempuannya tidak lagi memikirkan bagaimana dia bisa mempertahankan kehormatannya.
 

"Hamil, kemudian aborsi, itu adalah dampak yang secara sistematis akan mengubah cara pandang para remaja. Cara berpikir mereka jadi kacau, padahal mereka lah yang akan menerima tongkat estafet kepemimpinan kelak. Mereka akan memiliki keluarga nantinya. Jika sudah tidak punya tujuan membangun keluarga dengan kualitas - kualitas generasi yang berbobot, ini sama dengan penghancuran generasi yang berdampak pada kualitas suatu bangsa," tegas Khoirunnisa

Perilaku seks bebas yang marak itu dipengaruhi oleh budaya liberal. Muncul dan menyebarnya budaya liberal di Tanah Air bukanlah proses yang berlangsung alami, tetapi merupakan hasil dari proses liberalisasi budaya yang dijalankan secara sistematis dan terorganisir. Liberalisasi budaya juga tidak jauh-jauh dari rekayasa Barat.
 

Budaya liberal atau budaya bebas itu bukanlah berasal dari ajaran Islam yang dianut mayoritas penduduk negeri ini. Budaya itu lebih merupakan budaya Barat yang mengusung nilai-nilai liberal yang dimasukkan (baca: dipaksakan) ke tengah-tengah masyarakat negeri ini. Jadi berkembangnya budaya liberal di Tanah Air itu tidak lepas dari konspirasi Barat.
 

Liberalisasi Budaya dan Motif Penjajahan Agenda liberalisasi budaya oleh Barat terhadap negeri Muslim tidak lepas dari motif penjajahan. Dengan liberalisasi budaya itu masyarakat di negeri-negeri Muslim, termasuk masyarakat negeri ini, akan kehilangan identitas lalu memakai baju Barat atau bahkan mengekor identitas Barat tanpa lagi mempertimbangkan halal atau haram.
 

Barat hanya menginginkan masyarakat, khususnya generasi muda, berpenampilan Barat, tetapi kosong dari produktivitas, daya inovasi dan kemajuan sains dan teknologi seperti halnya Barat. Dengan begitu masyarakat negeri ini hanya akan menjadi pengekor Barat. Akhirnya, penjajahan dan penghisapan oleh Barat pun tidak akan dipermasalahkan karena Barat dijadikan panutan. Dengan mengadopsi gaya hidup Barat, masyarakat negeri ini pun akan menjadi pasar besar bagi produk-produk Barat.
 

Konspirasi itu bukan hanya isapan jempol belaka. Namun benar-benar nyata adanya. Secara i’tiqadi, al-Quran telah menginformasikan bahwa orang-orang kafir secara keseluruhan akan terus memerangi umat islam, baik secara fisik maupun pemikiran, agar umat Islam keluar dari Islam (QS 2: 217). Al-Quran juga mengformasikan bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah rela kepada umat ini hingga umat ini mengikuti millah (sistem dan cara hidup) mereka (QS 2: 120).
 

Secara faktual konspirasi liberalisasi budaya itu bisa dirasakan. Konspirasi itu setidaknya dijalankan melalui: Pertama, pada tingkat falsafah dan pemikiran dilakukan dengan menanamkan paham sekularisme, liberalisme dan hedonisme. Sejatinya budaya bebas itu berpangkal dari ketiga paham tersebut. Sekularisme adalah ide dasar yang mengesampingkan peran agama dari pengaturan kehidupan. Sekularisme menuntun manusia untuk menempatkan agama hanya pada ranah individu dan wilayah spiritual saja. Sekularisme itu ‘mengharamkan’ agama ikut andil dalam mengatur kehidupan. Sekularisme mengajaran bahwa manusia bebas mengatur hidupnya tanpa campur tangan Tuhan.
 

Inilah inti dari paham liberalisme, yakni paham yang menanamkan keyakinan bahwa manusia bebas mengelola hidupnya. Paham liberalisme ini mengagungkan kebebasan individu, baik dalam berpendapat, berperilaku, beragama maupun dalam kepemilikan.
 

Adapun paham hedonisme mengajarkan manusia untuk mengejar kenikmatan materi dan jasadi serta melakukan apa saja yang bisa mendatangkan kenikmatan itu, termasuk kesenangan yang lahir dari hubungan seks. Paham ini tercermin dalam slogan fun (kesenangan), food (makanan/pesta) dan fashion (busana). Dengan paham ini manusia didorong untuk mengejar kenikmatan dengan jalan bersenang-senang, termasuk di dalamnya bersenang-senang dengan melakukan seks bebas, berpesta demi mendapatkan kenikmatan dari lezatnya makanan dan bisa merasa senang dengan jalan selalu tampil gaya dan modis. Paham hedonisme itu mengajarkan, agar manusia bisa mendapatkan kenikmatan itu, manusia harus dibebaskan untuk meraih dan mengeskpresikannya serta tidak boleh dikekang.
 

Semua paham itu tidak akan bisa berkembang kecuali dalam sistem demokrasi dan di tengah-tengah masyarakat yang demokratis. Paham-paham itu berjalan seiring dengan proses demokratisasi yang begitu gencar dilancarkan di negeri-negri Muslim, termasuk negeri ini.

Kedua, liberalisasi budaya itu dikemas dalam berbagai program secara internasional yang dikawal oleh PBB dan lembaga-lembaga internasional. PBB mengeluarkan berbagai konvensi dan kesepakatan internasional terkait dengan isu HAM, kesetaraan gender, dan lain-lain, semisal Konvensi tentang Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan (CEDAW), kesepakatan Konferensi Kependudukan (ICPD), MDGs, BPFA dll yang spiritnya sama-sama menuntut kebebasan dan kesetaraan laki-laki dan perempuan. Kemudian negara-negara Dunia Ketiga (termasuk negeri-negeri Muslim) diharuskan (dipaksa) meratifikasi semua itu. Lahirlah berbagai UU yang melegalkan kebebasan.
 

Program-program itu dikemas dalam berbagai bentuk baik seminar, talkshow, pelatihan, pembentukan buzz group, konsultasi, pendampingan, dsb; menggunakan berbagai sarana; serta melibatkan mulai kalangan birokrat hingga remaja dan kampanye melalui berbagai media massa. Adapun paham hedonisme ditanamkan melalui media massa cetak, radio dan televisi melalui program-program yang lebih bernuansa pesta, musik, fesyen dan hiburan. Dalam semua itu terlihat secara kasatmata bahwa banyak sekali program yang merupakan kopian dari program-program yang sama di Barat.
 

Selamatkan Rakyat dari Liberalilasi Budaya Liberalisasai budaya yang sudah berjalan secara luas itu telah banyak menelan korban; di antaranya puluhan ribu orang terkena HIV/AIDS, jutaan kehamilan diaborsi, jutaan pecandu narkoba, rusaknya keharmonisan jutaan keluarga, ribuan anak-anak terlantar, ekspolitasi perempuan, kejahatan seksual, dan sebagainya.
 

Budaya liberal itu hanyalah buah dari diterapkannya sistem sekular dengan sistem Kapitalismenya yang mengagungkan ide kebebasan (liberalisme). Karena itu, sudah selayaknya umat Islam mencabut ideologi dan sistem sekular seperti saat ini yang telah menumbuhkan budaya liberal dan nyata-nyata menimbulkan banyak persoalan kemanusiaan dan kerusakan atas umat manusia.
 

Sebagai gantinya, sekaligus untuk memperbaiki dan menyelamatkan umat serta mengembalikan menjadi umat luhur, sudah saatnya kita kembali pada tatanan kehidupan yang didasarkan pada syariah Islam. Sebab, hanya Islamlah dengan serangkaian sistemnya yang merupakan satu-satunya solusi bagi seluruh problem dan persoalan hidup manusia. Allah SWT berfirman: “Hukum Jahiliahkah yang mereka kehendaki? Siapakah yang lebih baik hukumnya daripada Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS al-Maidah [5]: 50).
 

Hanya sistem Islamlah yang akan mampu memberikan kebaikan dan kehidupan yang membawa kebaikan bagi umat manusia. Allah SWT menegaskan: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul jika Rasul menyeru kalian pada suatu yang memberi kehidupan kepada kalian” (QS al-Anfal [8]: 24)
 

Karena itu, marilah kita segera mematuhi seruan Allah SWT itu sebagaimana firman-Nya: ”Patuhilah seruan Tuhan kalian sebelum datang suatu hari yang tidak dapat ditolak kedatangannya. Kalian tidak memperoleh tempat berlindung pada hari itu dan tidak pula dapat mengingkari (dosa-dosa kalian)” (QS asy-Syura [42]: 47). Wallahu a’lam

Khawatir Soal Valentine's Day

Rasa khawatir kerap menjangkiti para orangtua tiap mendekati pertengahan Februari. Hari Valentine yang secara Global dikenal sebagai hari apresiasi kasih sayang, pada banyak kasus ditemukan sebagai momen untuk legalisasi seks bebas. Berdasarkan laporan Global di sejumlah apotek Kota Medan pada momen Valentine tahun lalu (2009), penjualan kondom malam Valentine Day terdongkrak tajam dibanding hari biasa. Beberapa di antaranya Apotek Aditya yang berlokasi di Jalan Gatot Subroto No 150 E. Fakta lapangan, sedikitnya 20 kotak kondom berisi 3 buah merek apapun ludes terjual khusus di malam Velentine Day.

Sama halnya dengan Apotek Istana Jalan Iskandar Muda Blok B. Apotek yang buka 24 jam inipun diakui sudah menjual sedikitnya 6 kotak kondom (berisi 24 buah merek Sutra dan isi 13 kotak) yang dibeli oleh pemuda remaja tiap mendekati pertengahan Fabruari. Dibanding hari biasa, rata-rata penjualan kondom di apotek itu maksimal hanya 2 kotak kondom isi 13 buah. "Umumnya, pembeli adalah pria berusia 20 tahun. Dibanding hari biasa, maksimal penjualan hanya berkisar antara 5 sampai 10 kotak," kata si penjual.
 

Jika Anda adalah orang tua yang memiliki anak remaja, mengawasi anak pada momen ini adalah langkah minimal untuk mencegah kemungkinan terjadinya tindakan amoral dalam lingkungan keluarga Anda. "Para remaja itu kan hormonnya lagi gonjang - ganjing. Secara fisik memang mereka terlihat dewasa namun sesungguhnya mereka adalah pribadi yang labil. Mereka (remaja) perlu dikontrol amat dekat melalui pendekatan yang persuasif, tapi tetap membikin mereka nyaman," kata Antis.

Menurut Antis, dengan gembar - gembor media massa yang mengkampanyekan momen Valentine, para remaja begitu mudah terangsang untuk mengetahui lebih jauh seperti apa itu momen Valentine. Nah, ini menjadi celah masuknya ide - ide pergaulan bebas yang semakin diperkuat oleh kawan yang salah. Pengetahuan agar selektif memilih teman, juga disarankan karena pada dasarnya, kualitas teman termasuk yang menjadi tolak ukur untuk menentukan kualitas suatu pribadi.

Apalagi, sebut Antis, wadah interaksi kini semakin mudah dan bebas saja. Dengan browsing di internet, chatting 15 menit, seseorang sudah bisa mendapatkan kenalan baru. Janji ketemu di dunia nyata amat mudah terlontar karena para remaja memang mencari itu...suatu bentuk eksistensi dalam dirinya yang bisa dilihat dan diakui oleh orang lain. "Berawal dari kenalan, kemudian berduaan...merentet pada perbuatan - perbuatan yang tidak sepatutnya mereka lakukan. Kunci paling utama adalah mengajarkan mereka agama sebagai benteng masuk nya budaya - budaya asing itu," tutur Antis.

Sementara itu, Pemerhati Remaja Muslimah Hizbut Tahrir Medan, Chairunnisa Rahma Wati Spd di tempat terpisah mengungkapkan, bukan rahasia lagi jika banyak remaja yang memang menunggu momen - momen seperti ini untuk mengumbar kata cinta. "Coba Anda datang ke supermarket, mall, plaza atau mungkin di jalan - jalan depan rumah kita banyak bertebaran atribut atau pernak - pernik didominasi dua warna, pink dan biru muda apakah atribut itu berbentuk pita, bantal berbentuk hati, boneka beruang, atau rangkaian bunga," sebutnya. Konon warna ini melambangkan hari kasih sayang,.
 

Momentum ini sangat disukai anak-anak remaja, terutama remaja perkotaan karena di hari itu, mereka terbiasa merayakannya bersama orang-orang yang dicintai yaitu kekasih. Sayangnya, tidak semua anak-anak remaja memahami dengan baik esensi dari Valentine Day. Mereka menganggap perayaan ini sama saja dengan perayaan-perayaan lain seperti Hari Ibu, Hari Pahlawan, dan sebagainya. Padahal kenyataannya sama sekali berbeda.

Chairunnisa menilai, tanpa disadari tengah terjadi penghancuran kualitas generasi bangsa oleh sebab budaya - budaya barat dibawa oleh momen yang diperingati tiap tanggal 14 Februari ini. "Anda bisa lihat berita tanggal 14 Februari nanti, banyak remaja yang dipergoki razia tengah melakukan hubungan suami istri di dalam hotel atau rumahnya sendiri dalam rangka merayakan momen Valentine. Ini sudah seperti suatu dekadensi moral yang berjalan sistemik, ketika norma - norma dilanggar dan aturan agama sudah tidak digubris," sebut Choirunnisa.

Say "No to valentines day"....

ALLAH SAYS:

“And whoever seeks a religion other than Islam, it will never be accepted of him, and in the Hereafter he will be one of the losers" [Aal ‘Imraan 3:85]

And the Prophet صلى الله عليه Ùˆ سلّÙ… told us that groups of his ummah would follow the enemies of Allah in some of their rituals and customs, as it says in the hadeeth of Abu Sa’eed al-Khudri (may Allah be pleased with him), who narrated that the Prophet (peace and blessings of Allah be upon him) said: “You will certainly follow the ways of those who came before you, span by span, cubit by cubit, until even if they were to enter a lizard’s hole, you would follow them.” We said, “O Messenger of Allah, (do you mean) the Jews and Christians?” He said, “Who else? !” (Narrated by al-Bukhaari)

What the Prophet (peace and blessings of Allah be upon him) spoke of has indeed come to pass and has become widespread in recent times, in many of the Muslim countries. Many of the Muslims follow the enemies of Allah in many of their customs and ways of behaving, and imitate them in some of their rituals and in celebrating their holidays. The matter has been made even worse by the opening up of mass communications between peoples, whereby the rituals and customs of the kuffaar are now transmitted with the glamorous adornment of sound and image from their countries into the Muslim countries, via satellite TV and the World Wide Web (Internet). Many Muslims have been deceived by their glamor.

In recent years, a new phenomenon has spread among the Muslim youth – males and females alike – which does not bode well. This is manifested in their imitation of the Christians in their celebration of the Valentine’s Day, which has led the scholars and daa’iyahs to explain the rulings of sharee’ah concerning that, out of sincerity towards Allah, His Messenger, the leaders of the Muslims and their common folk, so that Muslims may have a clear understanding of this issue and so that they will not fall into that which will undermine the belief (‘aqeedah) with which Allah has blessed them. This is a brief discussion of the origins, development and purpose of this holiday, and what the Muslim should do with regard to it.

The story of the Festival of Love (Valentine’s Day)
--------------------------------------------------------------

Saint Valentine is a name which is given to two of the ancient “martyrs” of the Christian Church. It was said that there were two of them, or that there was only one, who died in Rome as the result of the persecution of the Gothic leader Claudius, c. 296 CE. In 350 CE, a church was built in Rome on the site of the place where he died, to perpetuate his memory. When the Romans embraced Christianity, they continued to celebrate the Feast of Love mentioned above, but they changed it from the pagan concept of “spiritual love” to another concept known as the “martyrs of love”, represented by Saint Valentine who had advocated love and peace, for which cause he was martyred, according to their claims. It was also called the Feast of Lovers, and Saint Valentine was considered to be the patron saint of lovers.

In England, Saint Valentine’s Day was to come at the end of winter. When that day came, according to them, the birds mated enthusiastically in the forests, and the young men would put flowers on the windowsills of the homes of the girls whom they loved. (The Story of Civilization by Will Durant, 15/23) The Pope designated the day of the death of Saint Valentine, February 14, 270 CE, as a festival of love. Who is the Pope? He is the “the archbishop, the supreme pontiff of the universal church, the successor of Saint Peter.” Look at this “archbishop” and how he prescribed for them the observance of this festival which was an innovation in their religion. This reminds us of what Allah says (interpretation of the meaning): “They (Jews and Christians) took their rabbis and their monks to be their lords besides Allah (by obeying them in things which they made lawful or unlawful according to their own desires without being ordered by Allah)…”[al-Tawbah 9:31]

CONCLUSION
-----------------

1. Its origins lie in the pagan beliefs of the Romans, where it was an expression of the spiritual love of the idols which they used to worship instead of Allah. Whoever celebrates it is celebrating an occasion of shirk on which the idols are venerated. Allah says (interpretation of the meaning): “Verily, whosoever sets up partners (in worship) with Allah, then Allah has forbidden Paradise to him, and the Fire will be his abode. And for the Zaalimoon (polytheists and wrongdoers) there are no helpers” [al-Maa’idah 5:72]

2. That the development of this festival among the Romans was connected to myths and legends which no sound mind can accept, let alone the mind of the Muslim who believes in Allah and His Messengers (peace be upon them). Can anyone of sound mind believe that a she-wolf suckled the founder of the city of Rome and gave him strength and wisdom. Moreover, these myths go against the belief (‘aqeedah) of the Muslim because the One Who bestows strength and wisdom is the Creator, may He be glorified and exalted, not the milk of a she- wolf! The same applies to the myth that their idols could protect them from evil or keep wolves away from their flocks.

3. Among the ugly rituals of the Romans on this day was the sacrifice of a dog and a goat, the daubing of their blood onto two youths then washing the blood off with milk, etc… This is something that would cause revulsion in anyone of a sound nature, and it is unacceptable to the sound mind.

4. The connection between Saint Valentine and this festival has been questioned by many sources, and it considered to be far from definite. It would have been better for the Christians to reject this pagan festival in which they imitated the pagans. So how about us Muslims, who are commanded to be different from the Christians and the pagans before them?

5. This festival was denounced by the Christian clergy in Italy, the bastion of Catholicism, because it was spreading bad attitudes and having an adverse effect on the minds of young men and women. So it is better for the Muslims to reject it, warn others against it and to fulfill their duty towards it of enjoining what is good and forbidding what is evil.

It is haraam for the Muslim to help with this festival or any other haraam celebration in any way, be it food, drink, buying, selling, manufacturing, corresponding, advertising or in any other way, because all of that constitutes helping one another in sin, transgression and disobedience towards Allah and His Messenger, and Allah says (interpretation of the meaning): “Help you one another in Al?Birr and At?Taqwa (virtue, righteousness and piety); but do not help one another in sin and transgression. And fear Allah. Verily, Allah is Severe in punishment” [al-Maa’idah 5:2]

So the Muslim must adhere to the Qur'an and Sunnah in all his affairs, especially at times of fitan (temptation and tribulation) and when corruption is widespread. He should be smart and be careful to avoid falling into the misguidance of those who have earned the anger of Allah and of those who went astray, and of the evildoers who hope not for reward from Allah and do not show any respect towards Islam. The Muslim should seek refuge with Allah and ask for His guidance and for help to adhere steadfastly to it, because none can guide except Allah and none can make us remain steadfast except Him. And Allah is the Source of strength. May Allah bless our Prophet Muhammad and his family and companions, and grant them peace.


For Further details on Valentine's day, visit

http://www.missionislam.com/knowledge/valentinesday.htm

Hendaklah Menggunakan Sutroh Jika Sholat

Acapkali kita lihat seseorang dengan santai berlalu-lalang di depan orang yang sedang sholat tanpa merasa risih, padahal perbuatan sembrono ini bisa mengurangi pahala sholat orang lain atau bahkan sampai membatalkannya. Imam Adz Dzahabi telah memasukkan perbuatan tersebut sebagai perbuatan dosa besar sebagaimana dalam kitab Al Kabaair, begitupula para ulama lain juga menyatakan demikian. Kesalahan ini diperparah dengan sholatnya seorang tanpa menghadap tabir pembatas (baca: sutroh) di depannya, sehingga orang lain merasa leluasa berlalu lalang sementara ia sendiri juga tidak berusaha menghalangi.

Perintah Nabi Agar Sholat Menghadap Sutroh dan Mendekat Kepadanya

Ketahuilah, disyariatkannya sholat menghadap pembatas/sutroh telah ditegaskan oleh perintah Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam dalam banyak hadits dan perbuatan beliau. Bahkan banyak dari kalangan ulama yang menyatakan wajibnya mengambil sutroh. Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian sholat kecuali menghadap sutroh, dan jangan biarkan seorangpun lewat di depanmu, jika dia enggan maka tolaklah dengan lebih keras, karena syaithon bersamanya.” (HR Muslim, Ibnu Khuzaimah) dalam riwayat lain, “… karena sesungguhnya dia itu adalah syaithon.” (HR. Bukhori, Muslim). Perintah tersebut berlaku baik seseorang takut akan ada yang lewat di depannya atau tidak, di manapun ia berada. Dan hukum ini ditujukan untuk orang yang sholat sendirian dan bagi imam. Adapun makmum tidak disyari’atkan mengambil sutroh dan sutrohnya adalah sutroh imam.

Sutroh dapat berupa dinding, tiang, tongkat, punggung orang atau sejenisnya yang dapat menjadi pembatas sholatnya. Adapun tingginya telah Rosululloh jelaskan, “Setinggi pelana (sekitar 2/3 hasta)” (HR. Muslim). Namun apabila lebih tinggi dari itu, maka lebih baik. Sebab dengan demikian akan lebih menutup pandangannya sehingga mudah menghadirkan hati serta mencegah dari batalnya sholat atau kekurangsempurnaan.

Haromnya Lewat di Depan Orang Sholat

Perhatikanlah, jika engkau telah sholat menghadap sutroh, maka mendekatlah sehingga tempat sujudmu tepat sebelum sutroh dan jangan biarkan siapapun lewat di depanmu. Adapun yang berada di luar sutroh maka tidak ada hak bagimu untuk menghalanginya. Dan hendaklah orang yang lewat di depan orang yang sholat takut akan dosa yang diperbuatnya. Camkan baik-baik sabda Rosululloh, “Seandainya seseorang tahu dosanya lewat di depan orang sholat, maka lebih baik baginya berhenti selama 40 (tahun).” (HR. Bukhori, Muslim). Bahkan jika seseorang tidak bersutroh tetap saja harom lewat di depannya sampai batas tempat sujudnya, karena haknya tidak lebih dari tempat yang ia butuhkan untuk sholatnya. Dan bila engkau telah berusaha menghalangi, sementara ia bersikeras dan berhasil lewat, maka ia mendapat dosa dan sholatmu tidak berkurang kesempurnaannya.

Bolehnya Lewat di Depan Shof Makmum

Dalam sholat berjama’ah, yang menjadi sutroh makmum adalah sutroh imam, sehingga yang terlarang ialah lewat di depan imam. Hal ini didasari oleh perbuatan Ibnu Abbas ketika beliau menginjak usia baligh. Beliau pernah lewat di sela-sela shof jamaa’ah yang diimami oleh Rosululloh dengan menunggangi keledai betina, lalu turun melepaskan keledai baru kemudian bergabung dalam shof. Dan tidak ada seorangpun yang mengingkari perbuatan tersebut (Riwayat Bukhori Muslim). Namun demikian, bila seseorang mendapatkan jalan lain agar tidak lewat di depan shof makmum maka ini lebih baik, sebab perbuatan tersebut jelas akan mengusik konsentrasi.

Batalnya Sholat Seseorang Bila Dilewati Tiga Makhluk

Ketahuiah, lewat di depan orang sholat dapat mengurangi pahala sholat atau bahkan dapat membatalkannya. Rosululloh bersabda, “Membatalkan sholat (lewatnya) anjing hitam, dan wanita baligh.” (HR. Ahmad, An Nasa’i). Dan dalam riwayat Muslim disebutkan juga keledai. Ibnu Mas’ud berkata bahwa orang yang lewat di depan orang sholat (selain tiga jenis tadi) bisa mengurangi pahala orang yang dilewatinya (Riwayat Ath Thobroni, Ibnu Abi Syaibah).

Saudaraku, jangan sampai tiga makhluk tadi lewat di depanmu saat sholat sehingga sholatmu batal, dan halangilah setiap orang yang hendak lewat untuk memberikan peringatan bagi orang yang melampaui batas tersebut agar lebih berhati-hati ! Wallohu a’lam.

(Disarikan dari kitab Asy Syarhul Mumti’ karya Syaikh Utsaimin, Al Wajiz karya Syaikh Abdul Azhim bin Badawi dan Al Qoulul Mubin Fii Akhtho’il Mushollin karya Syaikh Masyhur Hasan Salman)

 

NETWORKEDBLOGS

MITRA LINK

WIDGEO

    blog-jasri.blogspot.com-Google pagerank,alexa rank,Competitor

TUKAR LINK

SAHABAT

al-Ilmu Naafi' © 2012 | Template By Jasriman Sukri