ABDURAHMAN BIN ‘AUF

         Dia adalah Abdurrahman bin ‘Auf  bin Abdu Auf bin Abd bin Al Harts bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay. Abdurahman bin ‘Auf termasuk orang yang pertama-tama masuk Islam bersama ‘Utsman bin Affan, Thalhah bin ‘Ubaidillah, Zubair bin Awwam dan Sa’ad bin Abi Waqqash, dengan sebab dakwah Abu Bakar ra. Dia ikut merasakan penderitaan akibat penindasan dan penganiayaan kaum Quraisy kepada kaum muslimin yang masih lemah.
Pada waktu Nabi saw memerintahkan sahabat berhjrah ke Habasyah, ia ikut berhijrah ke Habasyah. Kemudian kembali lagi ke Mekkah. Setelah di Mekkah, penindasan yang dilakukan kaum musyrik tetap tidak kunjung mereda, Nabi saw pun memerintahkan mereka hijrah kedua kalinya ke Habasyah, Abdurrahman bin ‘Auf pun hujrah ke Habasyah kedua kalinya. Kemudian dia berhijrah ke Madinah.
Abdurrahman bin ‘Auf adalah orang yang sangat sukses di dalam perniagaannya, sehingga dia menjadi orang yang sangat kaya raya. Allah memberinya keberkahan dalam perniagaannya sehingga dirinyapun merasa takjub, seraya berkata, “Sungguh kulihat diriku, seandainya aku mengangkat batu, niscaya ketemukan di bawahnya emas dan parak.”
Ketika Rasulullah saw mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar, maka Abdurrahman bin ‘Auf dipersaudarakan dengan Sa’ad bin Rabi’, seorang Anshar. Sa’ad berkata kepadanya, “Saudaraku, aku adalah penduduk Madinah yang kaya, silahkan pilih separuh hartaku dan ambillah! Dan aku mempunyai dua orang istri, coba perhatikan yang lebih menarik bagimu, akan kuceraikan dia sehingga engkau bisa memperistrikannya.”
Abdurrahman bin ‘Auf menjawab, “Semoga Allah memberkahimu, istrimu dan hartamu! Tunjukkan kepadaku pasar agar aku bisa berniaga.” Tidak begitu lama berdagang, dia memperoleh keuntungan yang besar, akhirnya diapun menjadi orang yang kaya raya.
Keedermawanan Abdurrahman bin ‘Auf terhadap hartanya yang melimpah seakan-akan tidak ada yang menyamai. Sebagai gambaran, Abdurrahman bin ‘Auf pernah membawa kafilah dari Syam yang terdiri atas 700 ekor onta yang sarat dengan bahan makanan di atasnya, maka dia pun menyedekahkan kepada penduduk Madinah. Aisyah ra. berkata ketika mendengar hal tersebut, “Ingat, aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda, “Kulihat Abdurrahman bin ‘Auf masuk surga dengan perlahan-lahan’.
Abdurrahman bin ‘Auf berkata, “Engkau telah mengingatkanku dengan suatu hadits yang tidak pernah kulupakan…” kemudian katanya, “Dengan ini aku berharap dengan sangat agar engkau menjadi saksi, bahwa kafilah ini dengan semua muatannya, berikut kendaraan dan perlengkapannya, kupersembahkan di jalan Allah azza wa jalla”.
Pada suatu hari Abdurrahman bin Auf menjual tanah seharga 40.000 dinar, kemudian uang itu dibagi-bagikannya semua untuk Bani Zuhrah, untuk istri-istri Nabi saw dan untuk kaum fakir miskin. Disedekahkannya pada suatu hari, 500 ekor kuda untuk perlengkapan pearang bala tentara Islam. Di hari lain dia menyerahkan 1500 ekor kuda juga untuk keperluan jihad di jalan Allah.
Menjelang wafatnya, dia mewasiyatkan 50.000 dinar untuk sabilillah dan dia mewasiyatkan juga bagi sahabat yang ikut dalam perang Badar dan masih hidup, masing-masing 400 dinar, hingga ‘Utsman bin Affan ra, yang terbilang kaya juga mengambil bagiannya dari wasiyat itu, seraya berkata, “Harta Abdurrahman bin Auf halal lagi bersih dan memakan harta itu membawa keselamatan dan keberkahan.”
Keutamaannya sebagai seorang sahabat yang masuk Islam pertama-tama, persaksian Rasullullah saw bahwa dia termasuk salah satu di antara sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga, kekayaan yang disertai kedermawanan yang tiada tara dan tiga kali hijrah yang dia lakukan dan banyaknya pertempuran bersama Rasulullah yang dia ikuti, tidaklah membuat dia menyombongkan diri, bahkan dengan rendah diri.
Suatu hari, ketika dihidangkan kepadanya makanan berbuka puasa, dan selera makannya timbul. Namun dia menangis sambil berkata, “Mush’af bin ‘Umair telah gugur sebagai syahid, ia seorang yang jauh lebih baik dariku, sedang ia hanya mendapat kafan sehelai burdah, jika ditutupkan ke kepalanya maka kelihatan dua kakinya, dan jika ditutupkan ke kedua kakinya, terbukalah kepalanya.” Katanya juga, “Hamzah jauh lebih baik daripada diriku, iapun gugur sebagai syahid, dan ia disaat dikuburkan hanya terdapat baginya sehelai selendang. Telah dihamparkan bagi kami dunia seluas-luasnya, dan telah diberikan pula kepada kami hasil sebanyak-banyaknya. Sungguh kami khawatir kalau telah didahulukan pahala kebaikan kami.”
Pada suatu hari yang lain, ketika para sahabat menghadiri jamuan makan di rumahnya, iapun menangis. Seorang sahabat bertanya, “Mengapa kau menangis, ya Abu Muhammad,..” Diapun berkata, “Rasulullah saw wafat tidak pernah beliau dan keluarganya sampai kenyang makan roti gandum, apa harapan kita jika dipanjangkan usia tetapi tidak menambah kebaikan bagi kita.’
Dari sisi perjuangannya di jalan Allah, Abdurrahman bin ‘Auf telah banyak sekali berjasa kepada Islam dan kaum muslimin sejak permulaan dakwah, masa Madinah sampai akhir hayatnya. Di tubuhnya terdapat dua puluh bekas luka pada perang Uhud dan salah satu dari bekas luka itu menyebabkan dia pincang yang tidak sembuh-sembuh, dan beberapa giginya rontok yang menyebabkan kecadelan dalam perkataannya.
Sewaktu Umar bin Al Khaththab hendak meninggal, dia memilih enam orang untuk diangkat sebagai khalifah penggantinya. Enam orang sahabat tersebut sepakat mengangkat Abdurrahman bin ‘Auf sebagai khalifah. Namun dia berkata, “Demi Allah, daripada aku menerima jabatan itu, lebih baik ambil pisau lalu taruh ke atas leherku kemudian kalian tusukkan sehingga tembus ke sebelah.”
Demikianlah dia, sifat zuhudnya dan tidak gila kekuasaan, menjadikan dia melepaskan haknya sebagai khalifah. Setelah menyelesaikan tugasnya mengawal dan membela Islam sejak pertama kali, Abdurrahman bin ‘Auf mengakhiri hidupnya pada tahun 32 hijriyah. Aisyah ra memberinya kemuliaan dengan menyediakan kuburan di pekarangannya, dekat makam Rasulullah saw, Abu Bakar dan Umar.
Namun pendidikan Islam yang sempurna dari Rasulullah saw menjadikan dia merasa malu mendapat kemuliaan tersebut. Maka dia menolak kemuliaan itu karena merasa malu dengan kedudukan itu, di samping itu dia pernah berjanji dengan Utsman bin Madh’un, yaitu jika salah seorang di antara mereka meninggal sesudah yang lain, hendaklah dikuburkan di dekat sahabatnya.
Umar ra pernah berkata: “Rasulullah saw wafat dalam keadaan ridha kepada mereka.” Rasulullah saw pernah bersabda, “Abdurahman bin ‘Auf di dalam surga.”

SAAD BIN ABI WAQQASH


Nama asli Sa’ad bin Abi Waqqash adalah Malik bin Uhaib bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin Ka’ab bin Luay. Sa’ad mempunyai banyak keistimewaan, di antaranya adalah dialah orang yang pertama-tama melepaskan anak panah dalam membela diin Allah dan juga orang yang pertama terkena anak panah. Dia juga satu-satunya orang yang dijamin Rasulullah saw dengan jaminan kedua orang tua beliau. Rasulullah saw bersabda pada perang Uhud, ”Panahlah wahai Sa’ad, ibu bapakku menjadi jaminan bagimu.”
Sa’ad juga seorang yang sangat mahir berkuda dan menjadi anggota pasukan berkuda pada perang Badar dan perang Uhud. Dia juga mempunyai dua senjata yang sangat handal, yaitu do’a dan panahnya. Do’a Sa’ad dikabulkan Allah dan bidikan panahnya senantiasa tepat. Rasulullah saw pernah bersabda, ”Ya Allah, tepatkan bidikan panahnya dan kabulkanlah do’anya.”
Sa’ad juga seorang yang kaya raya dengan harta yang halal dan menolak harta yang syubhat, makannya dan lisannya terpelihara dengan kesucian. Sa’ad termasuk salah seorang di antara sepuluh orang yang dipersaksikan Rasulullah saw masuk surga. Rasulullah saw pernah bersabda, ”Sekarang akan muncul di hadapan kalian seorang laki-laki penduduk surga.” yang dimaksaud adalah Sa’ad bin Abi Waqqash.
Ketika Abdullah bin ’Amar bin ’Ash bertanya kepadanya tent`ng amal yang dapat mendekatkan direi kepada Allah. Sa’ad menjawab, ”Tak lebih dari amal ibadah yang biasa kita kerjakan, hanya saja saya tidak pernah menaruh dendam atau niat jahat kepada seorangpun di antra kaum muslimin.”
Sa’ad masuk Islam pada usia 17 tahun bersama Abdurahman bin ‘Auf, ‘Utsman bin Affan, Thalhah bin ‘Ubaidillah, dan Zubair bin Awwam, dengan sebab dakwah Abu Bakar ra. Ketika Sa’ad masuk Islam, ibunya mencegah dan menghalang-halangi dengan segala cara, sampai-sampai ibunya melakukan aksi mogok makan dan minum dengan harapan Sa’ad mau kembali kepada kemusyrikan.
Namun Sa’ad tidak terpengaruh akan hal itu. Ia tetap pada pendiriannya di dalam keimanan kepada Allah dan Rasul-nya. Ketika kondisi ibunya semakin kritis akibat mogok makan tersebut, keluarganya membawa sa’ad menyaksikannya untuk terakhir kalinya dengan harapan hatinya melunak jika melihat ibunya sekarat. Tetapi keimanan di hati Sa’ad yang kuat tidak mampu mengubah keaadaannya. Diapun berkata dengan lantang, “Demi Allah, ketahuilah wahai ibunda, seandainya ibu mempunyai seratus nyawa, lalu ia keluar satu persatu, tidaklah aku akan meninggalkan diin ini walau ditebus dengan apapun juga ! Maka terserahlah pada ibu, apakah ibu akan makan atau tidak!” Akhirnya ibunya mundur setelah tidak mampu merubah keyakinan Sa’ad.
Ketika Rasulullah saw memulai dakwah di Mekkah, kaum musyrikin melakukan perlawanan terhadapnya. Berbagai macam penindasan dan penyiksaan dialami oleh kaum muslimin. Tidak terkecuali, Sa’adpun mengalami masa tersebut sebagaimana sahabat lainnya. Di masa Madinah Sa’ad juga mengalami berbagai pertempuran yang dilakukan bersama Nabi saw.
Ketika hendak menyerang Persia, Khalifah Umar bin Al Khaththab hendak memimpin sendiri pertempuran tersebut dengan menunjuk Ali bin Abi Thalib sebagai wakilnya di Madinah. Atas usul Abdurrahman bin’Auf, Umarpun kembali ke Madinah setelah bermusyawarah dengan kaum muslimin, karena sangat disayangkan apabila Umar terbunuh waktu itu, karena Islam sangat membutuhkannya.
Akhirnya Sa’ad bin Abi Waqqash di angkat sebagai gubernur militer di Iraq yang bertugas mengatur pemerintahan dan sebagai panglima perang.  Perang Qadisiyah, dimana pasukan Persia yang terdiri atas 100.000 orang prajurit yang terlatih, dilengkapi dengan persenjataan dan alat pertahanan yang ditakuti dunia saat itu, dipimpin oleh para jenderal yang hebat dan ahli-ahli siasat perang yang cerdik dan licik, sementara Sa’ad memimpin hanya 30.000 ribu prajurit.
Ketika kedua pasukan hampir bertemu, Sa’ad meminta pengarahan dari Khalifah Umar bin Al Khaththab, maka ’Umar memberi pengarahan yang antara lain peringatan bahwa tidak ada hubungan antara keluarga kecuali atas dasar ketaatan kepada Allah dan agar berpegang teguh kepada Rasulullah saw semenjak di utus dan agar mereka tidak gentar menghadapi musuh. Sa’ad menulis surat kepada ’Umar yang menjelaskan posisi pasukannya.
Ketika pasukan Persia yang dipimpin rustum telah menduduki Sabath dengan mengerahkan pasukan gajah dan berkudanya, dan mulai bergerak menuju kaum muslimin dan tak ada pilihan lain kecuali perang, sementara saat itu Sa’ad sedang sakit bisul di sekujur tubuhnya hingga tidak dapat duduk apalagi menaiki kuda dalam pertempuran yang bisa dipastikan akan bersimbah darah.
Tanpa menghiraukan rasa sakit, Sa’ad memimpin prajurit muslimin saat itu sehingga prajurit mslim sanggup menewaskan panglima pasukan musuh dan prajurit-prajurit pilihan mereka dan akhirnya mereka berhasil dihaklau prajurit muslimin hingga sampai Nahawand lalu ke Madain. Preestasi gemilang Sa’ad bin Abi Waqqash terukir....
Dua setengah tahun berlalu dari perang Qadisiyah yang dimenangkan kaum muslimin dibawan komandan Sa’ad bin Abi Waqqash, Sa’ad kembali mengerahkan pasukannya ke Madain untuk membersihkan sisa-sisa tentara Persi. Dengan menyeberangi sungai Tigris yan saat itu sedang banjir dan stategi perang yang sangat hebat, Saat bin AbiWaqqsh berhasil mengalahkan Persia di Madain. Saad di angkat oleh Umar sebagai gubernur wilayah Iraq. Iapun melai pembangunan dan perluasan kota. Kota Kuffah diperluas, dia mengumumkan berlakunya syari’at Islam di wilayah yang luas itu.
Ketiaka terjadi fitnah besar, pada kaum muslimin dengan memberontaknya Muawiyah terhadap kekhalifahan ali bin Abi Thalib ra. Sa’ad tidak hendak mencampurinya, bahkan dia berpesan kepada keluarga dan anak-anaknya untuk tidak menyampaikan suatu berita apapun mengenai hal itu kepadanya.
Ketika anak saudaranya, Hasyim bin Utbah mengatakan kepadanya, “Paman, di sini telah siap seratus ribu bilah pedang, yang menganggap bahwa pamanlah yang lebih berhak mengenai urusan ini.” Sa’adpun menjawab, “Dari seratus ribu bilah pedang itu, yang aku inginkan hanya sebilah pedang yang apabila aku tebaskan kepada seorang mukmin tak akan mempen sedikitpun, tetapi apabila aku tebaskan kepada kaum kafir pastilah putus batang lehernya!”
Tatkala kekhalifahan jatuh ke tangan Muawiyah dan Muawiyah bertanya kepaanya, mengapa dia tidak berperang dipihaknya. Sa’ad menjawab, “Saya tidak hendak memerangi seorang laki-laki –maksudnya Ali bin Abi Thalib- yang mengenai diriya Rasulullah saw bersabda: Engkau di sampingku, tak ubahnya seperti kedudukan Hrun di samping Musa, tetapi tidak ada nabi sesudahku!”
Pada tahun 54 hijriyah pada usia lebih dari 80 tahun Sa’ad bin Abi Waqqash meninggal dunia dengan dikafani sehelai kain tua dan lapuk yang sebelumnya dia katakana, “Telah kuhadapi orang-orang musyrik pada perang Badar dengan kain ini dan ia telah kusimpan sekian lama untuk keperluan seperti nin.” Sa’ad bin Abi Waqqas dimakamkan di makam Baqi’

ABU BAKAR


Nama asli Abu Bakar adalah Abdullah bin Abu Quhafah bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr. Abu Bakar lahir pada tahun 573 M, ibunya bernama Umul Khair. Orang tuanya mendidiknya dengan baik, sehingga Abu Bakar tumbuh menjadi seorang yang ramah, tidak sombong dan dermawan yang sangat gemar menolong orang lain. Di samping itu dia juga mempunyai sifat kepemimpinan yang menonjol yaitu mampu menengahi dan menyelesaikan pertikaian dan permusuhan dengan baik di antara masyarakatnya, sehingga kedua belah pihak merasa puas dan senang. Dengan sifat yang baik itu, membuat Abu Bakar mampu menjalankan tugas sebagai diyat. Pada waktu itu di masyarakat Mekah dipegang oleh semacam badan pemerintahan oligarki, yang terdiri atas sepuluh orang yang bergelar asy syarif. Mereka adalah wakil-wakil suku atau kabilah. Masing-masing wakil kabilah memegang suatu jabatan tertentu, dan dijabat secara turun temurun. Jabatan diyat yang membidangi masalah pengadilan dan kehakiman ini dipegang oleh Abdullah bin Abu Quhafah.
Di samping itu, Abdullah juga dikenal sebagai seorang pedagang yang sukses, sehingga dia menjadi seorang hartawan yang terkemuka. Dalam hal pergaulan, Abdullah dikenal sebagai orang yang sangat baik pergaulannya. Terlebih lagi pergaulannya dengan Muhammad bin Abdullah. Kedua orang ini dikenal sebagai orang-orang yang berakhlaq sangat baik. Di samping kedua orang itu masih terikat hubungan kekerabatan. Sehingga hubungan Muhammad dan Abdullah sudah terjalin sangat baik sejak kecil.
Ketika Muhammad saw menerima wahyu pertama kali, yang kemudian disusul dengan wahyu yang berisi perintah memberi peringatan kepada kaumnya. Maka beberapa orang mengimani wahyu itu di antaranya adalah Khadijah, Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Haritsah. Setelah ketiga orang penghuni rumahnya masuk Islam, Rasulullah saw mengajak Abu Bakar masuk Islam. Dengan pikirannya yang jernih, pandangannya yang luas dan baiknya persahabatan di antara keduanya, Abdullahpun masuk Islam. Dia termasuk orang keempat yang masuk Islam.
Setelah masuk Islam, Abu Bakar dengan sembunyi-sembunyi juga turut mendakwahkan Islam. Dengan kedudukan dan pengaruhnya yang baik di kalangan masyarakat Mekkah, iapun mampu mengajak orang masuk Isla. Diantaranya adalah Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Sa'ad bin Abi waqash, Abdurrahman bin Auf, Talhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidillah bin Jarrah, arqam bin Abi arqam, Fathimah binti al Khathab dan suaminya, sa'id bin Zaid al 'adawi dan beberapa pendduduk Mekkah lainnya.
Peranan Abu Bakar di dalam dakwah Islam ini sangat besar. Ketika masih berlangsung dakwah sirriyah saja, Abu Bakar mampu mengajak lebih dari sepuluh orang untuk masuk Islam. Lebih-lebih ketika dakwah itu sudah dilakukan dengan terang-terangan, terutama didalam memerdekakan budak-bukad yang disiksa majikannya ketika mereka masuk Islam yang antara lain adalah Bilal bin Rabah dan Amir bin Fuhairah. Bahkan beberapa orang di antaranya dibeli dan dimerdekakan Abu Bakar dengan harga yang sangat mahal.
Hubungan rasulullah saw dan Abu Bakar semakin akrab ketika Islam telah disiarkan. Bahkan Abu Bakar adalah orang yang selalu menyertai Rasulullah dalam mendakwahkan agama ini. Ketika Rasulullah saw memerintahkan kaum muslimin berhijrah ke Habasyah, karena beratnya penyiksaan dan tekanan kaum kafir Quraisy kepada kaum Muslimin, Rasulullah saw juga menganjurkan Abu Bakar untuk turut berhijrah pula. Anjuran Rasulullah sawpun di tolak, karena dia ingin ikut melindungi dan menyertai Rasulullah dalam menghadapi penentangan kaum musyrikin.
Pada waktu terjadinya hijrah ke Madinah, kesetiaan Abu Bakar teruji kembali. Dalam upayanya menyelamatkan Rasulullah dari kejaran kaum musyrikin, Abu Bakar yang ikut menyertai Rasulullah saw berhijrah ke Madinah. Pada waktu keduanya bersembunyi di Goa Tsur, Abu Bakar merobek bajunya untuk alas tidur. Kepala Rasulullah saw ditidurkan dia tas pangkuannya di atas sobekan bajunya. Rasulullah tertidur dengan nyenyaknya karena saking letih dan penat, sedangkan Abu Baker tidak tidur karena khawatir akan datangnya musuh.
Pada tengah malam ketika Rasulullah saw sedang nyenyak tidur, Abu Bakar disengat kalajengking. Ia meresa sakit yang luar biasa. Namun dia menahannya sekuat tenaga karena dia tidak mau membangunkan Rasulullah saw yang sedang tidur, bahkan Abu Bakar berusaha tidak bergerak padahal sakitnya semakin menjadi-jadi. Tetapi akhirnya Abu Bakar tidak dapat menahan air matanya yang menetes. Air mata itu jatuh di wajah Rasulullah saw, dan beliaupun baru terbangun.
Pada tahun ke 9 hijrah, Rasulullah saw memberikan kepercayaan kepada Abu Bakar untuk memimpin rombongan kaum muslimin berhaji ke Mekkah. Pada saat Rasulullah saw menderita sakit menjdlang wafatnya, Rasulullah saw  memberi kepercayaan kepada Abu Bakar uuntuk mengimami shalat berjamaah.
Rasulullah saw wafat pada hari Senin Rabi'ul awwal tahun 11 hijrah dalam usia 63 tahun. Ketika itu Abu Bakar baru pulang dari luar kota. Setelah mendengar berita kematian Rasulullah saw, Abu Bakar bergegas ke rumah 'Aisyah, tempat disemayamkannya jenazah Rasulullah saw. Tutup muka Rasul dibuka, lalu diciumnya wajah beliau dan Abu Bakarpun menangis.
Sementara itu di rumah Bani Sa'adah, kaum Anshar mengadakan perundingan untuk memilih pemimpin (khalifah) pengganti Rasulullah saw. Merekapun sepakat mengangkat Sa'ad bin Ubadah sebagai khalifah.
Abu Bakar mengetahui hal itu, maka dia bersama Umar bin Al Khathab dan Abu Ubadah pergi ke rumah Bani Sa'adah. Maka terjadilah perdebatan sengit di antara mereka. Masing-masing pihak baik dari golongan Anshar maupun Muhajirin menginginkan kekhalifahan tersebut.
Pada saat itu Abu Bakar mencalonkan Umar bin Al Khathab dan Amir bin Jarrah sebagai khalifah. Sementara Umar bin Al Khathab justru mengusulkan agar Abu Bakar yang diangkat menjadi khalifah.. Sedangkan Zaid bin Tsabit al Anshari justru mengusulkan agar khalifah dipengang oleh  kaum Muhajirin. Lantas diapun mengusulkan Abu Bakar yang diangkat sebagai khalifah dan meminta kepada kaum Muhajirin dan Anshar membaiat kepadanya. Dan kaum musliminpun setuju dengan usulan itu, maka diangkatlah Abu Bakar sebagai khalifah pengganti Rasulullah saw.
Setelah itu Abu Bakar dengan didiringi kaum muslimin pergi ke masjid dan menyampaikan khutbahnya. "Saudara-saudaraku kaum muslimin! Aku telah kalian pilih sebagai kahlifah, padahal aku tidak lebih pintar dan mulia daripada kalian. Apabila nanti aku berbuat baik, maka bantulah aku. Namun apabila nanti aku berbuat salah, jangan segan-segan untuk menegurku dan betulkanlah! Berkata benar itu adalah amanah, berbohong itu adalah khianat. Jangan ada seorangpun dari kita yang berani meninggalkan jihad fisabilillah! Patuhilah kepada semua perintahku selamma aku mematuhi perintah allah dan Rasul-Nya. Apabila aku melanggar perintah Allah, janganlah kalian mematuhi perintahku. Suatu bangsa yang tidak suka mengorbankan jiwa dan harta bendanya akan mendapat kehinaan dan keruntuhan. Dan suatu bangsa yang banyak mengerjakan kejahatan seperti , aniaya, dusta , tipu dan zina akan mendapat kemiskinan dan kesengsaraan. Tetaplah tekun mendirikan shalat. Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada kita semua."
Maka resmilah Abu Bakar menjadi khalifah. Meskipun demikian dia masih tetap berdagang untuk menghidupi keluarganya dan berperilaku sebagaimana sebelum di angkat sebagai khalifah.
Menjelang Rasulullah saw meninggal terjadilah pembunuhan  terhadap Zaid yang dilakukan kaum kafir Ubna. Maka Rasulullah saw mengirim pasukan untuk menyerang kaum kafir itu yang dikomandani seorang pemuda yang bernama Usamah bin Zaid, yang pada waktu itu baru berusia 17 tahun.. Akan tetapi baru saja Usamah berangkat, tiba-tiba terdengar berita wafatnya Rasulullah saw. Maka kembalilah pasukan itu ke Madinah.
Setelah Abu Bakar diangkat sebagai khalifah, dia meneruskan rencana Rasulullah saw memerangi kaum kafir Ubna tersebut. Maka Usamah bin Zaid bersama pasukannya berangkat dengan diantar oleh Abu Bakar sampai di perbatasan kota. Dan Abu Bakarpun berkhutbah: "Janganlah kalian berlaku curang, dan janganlah meninggalkan teman! Tentara Islam tidak boleh menganiaya dan membunuh anak-anak, orang tua dan wanita. Janganlah kalian merusak pohon-pohon yang sedang berbuah.” Empat puluh hari kemudian, Usamah dan pasukannya kembali ke Madinah dengan membawa kemenangan.
Setelah Rasulullah saw wafat, banyak kaum yang murtad, kembali kepada kepercayaan lama. Mereka terdiri atas dua golongan. Golongan pertama, menyatakan murtad dari Islam dengan terang-terangan. Golongan ini dipimpin oleh Musailimah bin Sumamah, yang dikenal dengan Musailimah Al Kadzdzab dan Thulaihah bin Khuwailid. Musailimah pernah bertugas sebagai sekretaris Rasulullah saw. Ia beranggapan bahwa Al Qur'an adalah ciptaan Rasulullah saw. Maka ia merasa sanggup berbuat seperti itu. Maka mengakulah dia sebagai nabi. Ia berhasil mengumpulkan pengikutnya kira-kira sebanyak 40.000 orang.
Thulaihah bin Khuwailid sebelum masuk Islam adalah pendeta yang thaat. Ia mempunyai pengaruh besar di kalangan Yahudi. Golongan murtad kedua dipimpin oleh Malik bin Nuwariah. Mereka tidak terang-terangan menyatakan keluar dari Islam. Tetapi mereka menolak membayar zakat, walaupun mereka bersyahadat dan menegakkan shalat.
Abu Bakar mengirim surat peringatan kepada kedua golongan tersebut dan seruan kembali kepada Islam. Peringatan dan seruan itu tidak mereka hiraukan dan setelah bermusyawarah dengan kaum muslimin, Abu Bakar memutuskan untuk memaksa kembali ke dalam Islam secara militer, dengan memeranginya. Akibat penyerangan tersebut banyak kaum murtadin yang melarikan diri, sebagian tertawan sebagian lagi kembali kepada Islam.
Kekuasaan Islam semakin meluas setelah Abu Bakar menjadi khalifah. Untuk menghadapi imperium besar dan kuat yang masih musyrik saat itu, yaitu imperium Persi, Abu Bakar mengirim dua pasukan yang kuat. Satu pasukan dipimpin Khalid bin Al Walid untuk menyerbu daerah Iblah, sedang pasukan yang lain dipimpin oleh Iyad bin Qanan untuk menyerbu daerah-daerah lainnya.
Pertempuran itu dimenangkan kaum muslimin, bahkan pasukan Khalid bin al Walid dapat menguasai ibu kota Iraq. Kota ini akhirnya dijadikan maskas tentara Islam untuk menaklukkan daerah-daerah lain.
Pada tahun 12 hijrah, Abu Bakar mengerahkan pasukan untuk menghadapi Romawi di Suriah, yang dipimpin oleh Khalid bin Sa'ad. Sampai di perbatasan Suriah, Khalid bin Sa'ad meminta bantuan pengiriman pasukan kepada Abu Bakar, karena pasukan Romawi jauh lebih besar daripada pasukannya..
Abu Bakar mengirimkan empat pasukan bantuan yang masing-masing dipimpin oleh Amr bin Ash yang berangkat melalui Palestina, Syahrubil bin Hasanah yang melalui daerah Ardam, Yazid bin Mu'awiyah yang melalui daerah Balka, dan Abu Ubaidah yang menyerang melalui daerah Himas.
Setelah keempat pasukan itu bertemu, mereka bermusyawarah kembali karena pasukan musuh yang berjumlah lebih dari 240.000 orang, masih jauh lebih besar dari pasukan muslimin. Merekapun meminta bantuan tambahan pasukan lagi kepada Abu Bakar. Maka Abu Bakar memerintahkan Khalid bin Al Walid untuk memimpin pasukan tambahan. Khalid bin Al Walid dan pasukannya berangkat menuju Yarmuk.
Setelah Khalid tiba di Yarmuk, mereka menyusun rencana penyerangan, sedangkan jumlah tentara muslimin saat itu sekitar 40.000 orang. Pertempuran berjalan sangat dahsyat, walaupun jumlah pasukan tidak seimbang. Namun, dengan semangat jihad yang menyala-nyala demi lii'la'i kalimatillah, pasukan Romawi perlahan-lahan dapat dipukul mundur. Dan peperangan dimenangkan kaum muslimin. Walaupun jumlah tentara Islam yang syahid saat itu mencapai sekitar 30.000 orang.
Akibat peperangan yang sering dihadapi kaum muslimin, banyak di antara para penghafal Al Qur'an yang syahid. Umar bin Al Khathab mengusulkan kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan dan menyalin kembali tulisan ayat-ayat yang masih tercecer di tangan para sahabat. Maka Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit Al Anshari melaksanakan tugas tersebut. Dan setelah selesai salinan itu disimpan di rumah Hafshah binti Umar bin Al khathab.
Pada hari Senin, 21 Jumadil Akhir 13 H, Abu Bakar Ash shiddiq wafat. Kepemimpinannya yang singkat membawa berkah yang sangat besar bagi Islam dan Kaum muslimin.

ZUBAIR BIN AWWAM

          Namanya Az Zubair bin Al Awwam bin Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai bin Kilab bin Murah bin Ka’ab bin Luay. Nasabnya bertemu Rasulullah saw pada Qushai bin Kilab.Demikian pula ibunya, Shafiah, adalah saudar a bapak Rasulullah saw.
Dia seorang yang berbudi tinggi dan berakhlaq mulia, penunggang kuda yang masyhur, pahlawan yang gagah perkasa dengan pengabdian yang luar biasa. Dia juga seorang hartawan dengan kekayaan yang melimpah, yang semuanya dibelanjakan untuk membela Islam, sehingga pada waktu kematiannya, ia meninggalkan hutang. Iapun sempat berpesan kepada Abdullah, anaknya ”Bila aku tak mampu membayar hutang, minta tolonglah kepada maulana (tuan kita)!” Abdullah bertanya ”Maulana mana yang ayah maksud?” Az Zubair menjawab ”Allah, maulana dan penolong kita yang paling utama.”
Thalhah dan Az Zubair, ibarat dua orang saudara kembar. Hampir setiap disebut nama Thalhah,  pastilah disebut juga nama Zubair. Begitu pula setiap disebut nama Zubair, pastilah disebut orang pula Thalhah. Pada waktu Rasulullah saw mempersaudarakan para shahabatnya di Mekkah sebelum  Hijrah, beliau telah mempersaudarakan antara Thalhah dengan Zubair. Sudah semenjak lama Nabi saw memperkatakan keduanya secara bersamaan, seperti kata beliau: ”Thalhah dan Zubair adalah tetanggaku di surga.”
Thalhah dan Zubair, keduanya mempunyai banyak persamaan dalam aliran kehidupan. Persamaan itu antara lain sejak pertumbuhannya di masa remaja, kekayaan, kedermawanan, keteguhan dalam beragama dan kegagahan-keberananian. Keduanya termasuk orang-orang angkatan pertama masuk Islam dan tergolong kepada sepuluh orang yang diberi kabar gembira oleh Rasulullah saw masuk surga. Keduanya juga sama termasuk kelompok shahabat, ahli musyawarah yang enam, yang diserahi tugas oleh Umar bin Khatab memilih khalifah sepeninggalnya. Akhir hayatnya juga bersamaan secara sempurna, bahkan satu sama lain tidak berbeda.
Thalhah dan Az Zubair termasuk dalam rombongan pertama yang masuk Islam, dan sebagai perintis yang telah memainkan peranan  yang penuh berkat di rumah Al Arqam. Usia Az Zubair waktu itu baru lima belas tahun. Dia adalah seorang penunggang kuda dan pemberani sejak kecilnya. Dia adalah orang yang menghunuskan pedang pertama kali untuk membela Islam.
Pada hari-hari pertama dari Islam, saat itu jumlah kaum muslimin masih sedikit sekali, hingga mereka selalu bersembunyi-sembunyi di rumah Arqam, tiba-tiba pada suatu hari tersebar bahwa Rasul terbunuh. Ketika itu, Az Zubair menghunus pedang dan mengacungkannya, lalu ia berjalan di jalan-jalan kota Mekkah, padahal usianya masih muda belia. Ia pergi meneliti berita tersebut dengan bertekad seandainya berita itu ternyata benar, maka niscaya pedangnya akan menebas leher orang-orang kafir Quraisy sehingga ia mengalahkan mereka, atau mereka menewaskannya.
Di suatu  tempat ketinggian kota Mekah, Rasulullah saw menemukannya, lalu bertanya akan maksudnya. Az Zubair menyampaikan berita tersebut. Maka Rasulullah saw memohonkan bahagia dan mendo’akan kebaikan baginya serta keampuhan bagi pedangnya.
Az Zubair adalah seorang bangsawan terpandang dalam kaumnya, namun ia juga menanggung penderitaan akibat penyiksaan orang kafir Quraisy. yang dipimpin pamannya sendiri. Dia pernah disekap di suatu kurungan, kemudian dipenuhi dengan hembusan asap api agar sesak nafasnya, lalu dipanggilnya Az Zubair di bawah tekanan siksaan itu: ”Tolaklah olehmu Tuhan Muhammad itu, nanti  kulepaskan kamu dari siksa ini.” Tantangan itu dijawab oleh Zubair dengan pedas dan mengejutkan: ”Tidak, demi Allah, aku tak akan kembali kepada kekafiran untuk selama-lamanya!” Padahal pada waktu itu ia masih sangat belia.
Az Zubair ikut berhijrah ke Habsyi (Ethiopia) dua kali, yang pertama dan yang kedua Setelah kembali dari hijrah kedua, ia menyertai semua peperangan bersama Rasulullah saw. Ia tak pernah ketinggalan dalam beperang atau bertempur. Banyaknya tusukan dan luka-luka yang terdapat pada tubuhnya dan masih berbekas sesudah lukanya itu sembuh membuktikan pula kepahlawanan dan keperkasaannyanya. Salah seorang shahabatnya yang telah kenyaksikan bekas-bekas luka yang terdapat pada segenap bagian tubuhnya, berkata: ”Aku pernah menemani Az Zubair Ibnul ’Awwam pada sebagian perjalanan dan aku melihat tubuhnya, maka aku saksikan banyak sekali bekas luka goresan pedang, sedang di dadanya terdapat seperti mata air yang dalam, menunjukkan bekas tusukan lembing dan anak panah. maka kukatakan kepadanya: ”Demi Allah, telah kusaksikan sendiri pada tubuhmu apa yang belum pernah kulihat pada orang lain sedikitpun!” Mendengar itu Zubair menjawab: ”Demi Allah, semua luka-luka itu kudapat bersama Rasulullah saw pada peperangan di jalan Allah!”
Ketika perang Uhud selesai dan pasukan Quraisy berbalik kembali ke Mekkah, ia diutus Rasulullah saw bersama Abu Bakar untuk mengikuti gerakan tentara Quraisy dan menghalau mereka, hingga mereka menganggap kaum Muslimin masih punya kekuatan, dan tidak terpikir lagi untuk kembali lagi ke Madinah guna memulai peperangan yang baru. Saat itu Abu Bakar dan Zubair memimpin tujuh puluh orang Muslimin.
Sekalipun mereka sebenarnya sedang mengikuti suatu pasukan yang menang perang, namun kecerdikan dan muslihat perang yang dipergunakan oleh Ash Shiddiq, membuat orang Quraisy menyangka bahwa mereka salah menilai kekuatan kaum Muslimin, dan membuat   mereka salah berfikir, bahwa pasukan perintis  yang dipimpin oleh Az Zubair dan Ash Shiddiq dan tampak kuat, dan tampak sebagai pasukan pendahulu dari bala tentara Rasulullah saw yang menyusul di belakang, dan akan tampil menghalau mereka dengan kekuatan dahsyat. Karena itu  mereka bergegas mempercepat perjalanannya dan bersegera  pulang ke Mekkah.
Pada Pertempuran Yarmuk, Az Zubair merupakan seorang prajurit yang memimpin langsung suatu pasukan. Sewaktu ia melihat sebagian besar anak buah yang dipimpinnya merasa gentar mengahadapi bala tentara Romawi yang jumlahnya berlipat ganda bergerak maju, ia meneriakkan: ”Allahu Akbar” dan maju membelah pasukan musuh yang mendekat. Seorang diri ia menyerang dengan mengayunkan pedangnya, kemudian ia kembali ke tengah-tengah barisan musuh yang dahsyat itu dengan pedang ditangan kanannya.
Az Zubair ra sangat merindukan syahid. Bahkan ia  pernah berkata: ”Thalhah bin Ubaidillah memberi nama anak-anaknya dengan nama Nabi-nabi padahal sudah sama diketahui bahwa tak ada nabi lagi sesudah nama Muhammad saw, maka aku menemai anak-anakku dengan nama para syuhada, semoga mereka berjuang mengikuti syuhada”.
Di antara anaknya diberi nama Abdullah, sebagaimana Abdullah bin Jahsy yang telah mati syahid, al Munzir sebagaimana Al Mundzir bin Amar yang telah syahid, Urwah sebagaimana Urwah bin Amar, Hamzah sebagaimana Hamzah bin Abdul Muthalib yang telah syahid, Ja’far sebagaimana Ja’far bin Abu Thalib yang telah syahid, mush’ab sebagaimana Mush’ab bin Umair yang telah mati syahid, dan juga Khalid sebagaimana Khalid bin Sa’id yang juga telah mati syahid.
Az Zubair telah menjalani kehidupannya dengan sempurna dengan senantiasa berperang di jalan Allah. Dia menyaksikan perang Uhud, dan menyaksikan pula pamannya, Hamzah terbunuh serta mayatnya dicincang oleh orang kafir Quraisy.
Dalam perang melawan Yahudi Bani Quraidhah, Az Zubair berdiri di depan benteng musuh yang kuat dengan mengatakan: ”Demi Allah, biar kami rasakan sendiri apa yang dirasakan Hamzah, atau kalau tidak akan kami tundukkan benteng mereka!” Kemudian Az Zubair dan Ali bin Abi Thalib terjun ke benteng musuh dan berhasil menebarkan rasa takut pihak musuh, sampai akhirnya musuh membukakan pintu-pintu benteng tersebut.
Dalam perang Hunain, Az Zubair menyerbu pasukan Hawazin yang dipimpin Malik bin Auf seorang diri dan berhasil memporak-porandakan kesatuan mereka. Rasulullah saw pun memuji kepadanya: ”Setiap nabi mempunyai pembela dan pembelaku adalah Az Zubair bin Awwam.”
Dalam perang Jamal, Az Zubair dan juga Thalhah berada dipihak Aisyah, penentang Ali bin Abi Thalib, sehingga akhirnya keduanya menyadari kebenaran ada dipihak Ali dan keduanya pun berlepas diri dari peperangan. Maka seorang pembunuh yang curang berhasil membunuhnya pada waktu dia shalat. Pembunuh tersebut menghadap kepada Ali bin Abi Thalib dengan senang hati sambil membawa pedang Az Zubair yang dirampasnya.
Namun Ali mengusir pembunuh tersebut dengan berkata: ”Sampaikan berita kepada pembunuh putera Ibu Shafiyah itu, bahwa untuknya telah disediakan api neraka.” Ali pun mencium pedang Az Zubair sambil menangis dan berkata: ”Demi Allah, pedang ini sudah banyak berjasa, dipergunakan oleh pemiliknya untuk melindungi Rasulullah dari marabahaya.” Ali mengatakan pula: ”Selamat dan bahagia bagi Az Zubair dalam kematian sesudah mencapai kejayaan hidupnya.”

Jadwal Piket Organ Tubuh


LAMBUNG Jam 07.00 - 09.00
Jam piket organ lambung sedang kuat, sebaiknya makan pagi untuk proses pembentukan energi tubuh sepanjang  hari. Minum jus atau ramuan sebaiknya sebelum sarapan pagi, perut masih kosong sehingga zat yang berguna segera terserap tubuh.
LIMPA Jam 09.00 - 11.00
Jam piket organ limpa kuat, dalam mentransportasi cairan nutrisi untuk energi pertumbuhan. Bila pada jam-jam ini mengantuk, berarti fungsi limpa lemah. Kurangi konsumsi gula, lemak, minyak dan protein hewani.
JANTUNG Jam 11.00 - 13.00
Jam piket organ jantung kuat, harus istirahat, hindari panas dan olah fisik, ambisi dan emosi terutama pada penderita  gangguan pembuluh darah.
HATI jam 13.00 - 15.00
Jam piket organ hati lemah, bila orang tidur, darah merah berkumpul dalam organ hati dan terjadi proses regenerasi sel-sel hati. Apabila fungsi hati kuat maka tubuh kuat untuk menangkal semua penyakit.
PARU-PARU Jam 15.00 - 17.00
Jam piket organ paru-paru lemah, diperlukan istirahat, tidur untuk proses pembuangan racun dan proses pembentukan energi paru-paru
GINJAL jam 17.00 - 19.00
Jam piket organ ginjal kuat, sebaiknya digunakan untuk belajar karena terjadi proses pembentukan sumsum tulang  dan otak serta kecerdasan.
LAMBUNG Jam 19.00 - 21.00
Jam piket organ lambung lemah sebaiknya tidak mengkonsumsi makan yang sulit dicerna atau lama dicerna atau lebih baik sudah berhenti makan
LIMPA Jam 21.00 - 23.00
Jam piket organ limpa lemah, terjadi proses pembuangan racun dan proses regenerasi sel limpa. Sebaiknya istirahat sambil mendengarkan musik yang menenangkan jiwa, untuk meningkatkan imunitas.
JANTUNG Jam 23.00 - 01.00
Jam piket organ jantung lemah. Sebaiknya sudah beristirahat tidur, apabila masih terus bekerja atau begadang dapat melemahkan fungsi jantung.
HATI Jam 01.00 - 03.00
Jam piket organ hati kuat. Terjadi proses pembuangan racun/limbah hasil metabolisme tubuh. Apabila ada gangguan fungsi hati tercermin pada kotoran dan gangguan mata. Apabila ada luka dalam akan terasa nyeri.
PARU-PARU Jam 03.00 - 05.00
Jam piket organ paru-paru kuat, terjadi proses pembuangan limbah/racun pada organ paru-paru, apabila terjadi batuk,  bersin-bersin dan berkeringat menandakan adanya gangguan fungsi paru-paru. Sebaiknya digunakan untuk olah nafas untuk mendapatkan energi paru yang sehat dan kuat.
USUS BESAR Jam 05.00 - 07.00
Jam piket organ usus besar kuat, sebaiknya biasakan BAB secara teratur.

Awal Mula Poligami


Sebenarnya, sistem poligami sudah meluas dipraktikkan oleh kebanyakan bangsa sebelum kedatangan Islam. Di antara bangsa-bangsa yang menjalankan poligami adalah bangsa Ibrani, Arab Jahiliah, dan Cisilia. Bangsa-bangsa inilah yang kemudian melahirkan sebagian besar penduduk yang menghuni negara-negara Rusia, Lithuania, Estonia, Polandia, Cekoslowakia, dan Yugoslavia. Sebagian dari orang-orang Jerman dan Saxon melahirkan sebagian besar penduduk yang menghuni negara-negara Jerman, Swiss, Belgia, Belanda, Denmark, Swedia, Norwegia, dan Inggris.
Jadi, tidak benar jika dikatakan bahwa Islamlah yang mula-mula membawa sistem poligami. Sebenarnya, hingga sekarang, sistem poligami ini masih tetap tersebar di beberapa bangsa yang tidak beragama Islam, seperti orang-orang Afrika, Hindu India, Cina, dan Jepang. Juga tidak benar jika dikatakan bahwa sistem ini hanya berlaku di kalangan bangsa-bangsa yang beragama Islam. Sebenarnya, agama Kristen tidak melarang poligami sebab di dalam Injil tidak ada satu ayat pun yang dengan tegas melarang hal ini.
Dulu, bangsa Eropa yang pertama memeluk Kristen telah beradat istiadat dengan mengawini satu perempuan saja. Sebelumnya, mereka adalah penyembah berhala. Mereka memeluk Kristen karena pengaruh bangsa Yunani dan Romawi. Mereka mengawini satu perempuan saja karena diwarisi kebiasaan orang Yunani dan Romawi yang melarang poligami.
Setelah mereka memeluk agama Kristen, kebiasaan dan adat nenek moyang mereka ini tetap mereka pertahankan dalam agama baru ini. Jadi, sistem monogami yang mereka jalankan ini bukanlah berasal dari agama Kristen yang mereka anut, melainkan warisan paganisme (agama berhala) dahulu. Dari sinilah, gereja kemudian mengadakan bid'ah dengan menetapkan larangan poligami lalu larangan tersebut dimasukkan sebagai aturan agama, padahal Kitab Injil tidak menerangkan sedikit pun tentang pengharaman sistem ini. Sebenarnya, sistem poligami ini tidaklah dilakukan kecuali oleh bangsa-bangsa yang telah maju kebudayaannya, sedangkan bangsa-bangsa yang masih primitif jarang sekali melakukannya, bahkan bisa dikatakan tidak ada. Hal ini diakui oleh para sarjana sosiologi dan kebudayaan, seperti Westermark, Hobbers, Heler, dan Jean Bourge.
Hendaklah diingat bahwa sistem monogami merupakan sistem yang umum dilakukan oleh bangsa-bangsa yang kebanyakannya masih primitif, yaitu bangsa-bangsa yang hidup dengan mata pencaharian berburu, bertani, yang biasanya bertabiat halus, dan bangsa-bangsa yang sedang berada dalam transisi meninggalkan zaman primitifnya, yang pada zaman modern kini disebut bangsa agraris.
Di samping itu, sistem monogami tidak begitu menonjol pada bangsa-bangsa yang telah mengalami perubahan kebudayaan, yaitu bangsa-bangsa yang telah meninggalkan cara hidup berburu yang primitif menjadi bangsa peternak dan penggembala, dan bangsa-bangsa yang meninggalkan cara hidup memetik hasil tanaman liar menjadi bangsa yang bercocok tanam. Kebanyakan sarjana sosiologi dan kebudayaan berpendapat bahwa sistem poligami pasti akan meluas dan bangsa-bangsa di dunia ini banyak melakukannya bilamana kebudayaan mereka bertambah tinggi. Jadi, tidaklah benar anggapan bahwa poligami berkaitan dengan keterbelakangan kebudayaan. Sebaliknya, poligami seiring dengan kemajuan kebudayaan.
Demikian kedudukan sebenarnya sistem poligami menurut sejarah. Begitu juga sebenarnya pendirian agama Kristen. Begitu juga meluasnya sistem poligami seiring dengan kemajuan kebudayaan manusia. Hal ini kami utarakan bukan untuk mencari dalih untuk membenarkan sistem poligami ini, tetapi untuk menerangkan persoalan sesuai dengan tempatnya dan menjelaskan penyelewengan serta kebohongan sejarah dan fakta yang dikemukakan oleh orang-orang Eropa.
disadur dari buku FIQIH SUNNAH Jld 3. Sayyid Sabiq. Penerbit Pena.

Cinta Rasulullah


Detik-detik Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam menghadapi sakaratul maut; ada sebuah kisah tentang cinta yang sebenar-benar cinta yang dicontohkan Allah melalui kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, walaupun langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbatas memberikan kutbah. "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua perkara pada kalian, Al Qur'an dan sunnahku. Barang siapa mencintai sunnahku, berarti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk syurga bersama-sama aku."
Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang tenang dan penuh minat menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. Usman menghela nafas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam.
Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua,"keluh hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya didunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas menangkap Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar. Disaat itu, kalau mampu seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu.
Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang didalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya. Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk. "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah "Siapakah itu wahai anakku?"
"Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang
menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakulmaut,"kata Rasulullah.
 Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril  tidak ikut sama menyertainya. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. "Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.
"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu, " kata Jibril.
Tapi itu ternyata tidak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar kabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"  "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, kerana sakit yang tidak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. "Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku - peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu"
Di luar pintu, tangis mulai terdengar bersahutan. Sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali  mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii" - "Umatku, umatku, umatku" Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu.
Kini, mampukah kita mencintai sepertinya?
Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi
Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.

DENGARKANLAH SIAPAPUN YANG BERKATA

Malam itu untuk ketiga kalinya maling pendusta itu tertangkap basah oleh Abu Hurairrah ketika sedang beraksi mencuri makanan milik kaum muslimin. Kata Abu Hurairah "Sungguh akan aku bawa menghadap Rasulullah saw. Ini adalah kali yang ketiga kau datang. Padahal kau telah berjanji tidak akan kembali, tapi ternyata kau balik lagi." Kata orang itu, "Lepaskanlah aku, akan aku ajari kau beberapa kalimat yang Allah memberikan manfaat pada kalimat-kalimat itu." "Apa itu?". "Jika engkau hendak tidur, bacalah ayat kursi. Karena Allah akan menjagamu sampai kau bangun, dan syetan tak akan berani mendekatikmu." Lalu Abu Hurairahpun membebaskannya.
Besok Rasulullah saw kepada Abu Hurairah tentang tawanannya semalam. Kata Abu Hurairah, "Wahai Rasulullah, dia menyangka bahwa dia telah mengajariku beberapa kalimat yang bermanfaat bagiku, maka aku bebaskan dia." "Apa itu?" kata Nabi. "Dia berkata padaku agar aku membaca ayat kursi sebelum tidur. Dan apabila aku membacanya, maka aku akan dijaga oleh Allah sampai subuh dan tidak akan ada seytan yang mendekatiku," jawab Abu Hurairah. "Ketahuilah, sesungguhnya dia telah berkata jujur padamu padahal sebenarnya dia itu pendusta. Tahukah kau siapa orang yang kau ajak bicara selama tiga malam ini, hai abu Hurairah?" "Tidak." "Dia itu adalah setan." (Hr. Bukhari)
Lihat kisah di atas, bagaimana setan mengetahui fadilah ayat kursi, padahal itu sama sekali tidak ada gunanya bagi dirinya. Malah Abu Hurairah yang memanfaatkan apa yang diajarkan setan kepadanya. Begitulah setan, terkadang dia mengetahui sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain, tapi tidak ada manfaatnya bagi dirinya sendiri. Demikian pula dengan manusia. Terkadang seseorang mengetahui hal-hal yang baik dan berguna bagi dirinya, namun ia tidak mengamalkannya. Lalu ilmunya diambil oleh orang lain dan bermanfaat.
Kalau kita perhatikan, hampir tidak ada bedanya atau bahkan tidak berbeda sama sekali antara setan dengan orang yang suka menyuruh untuk berbuat baik tetapi dirinya sendiri tidak melakukan yang dia katakan. Atau orang yang mempunyai banyak ilmu tetapi ilmunya tidak bermanfaat bagi dirinya. Ilmu yang dimilikinya sama sekali tidak ada pengaruhnya bagi kehidupan beragamanya dan fikrahnya. Orang yang seperti ini sama saja dengan setan. Bahkan bisa jadi mereka lebih setan daripada setan. Sebab setan memang dari sananya sudah memproklamirkan dirinya sebagai musuh Allah dan orang-orang mukmin. Jadi wajar kalau mereka tidak mau melakukan amal kebaikan meskipun mereka mengetahui.
Orang-orang model beginilah yang disinyalir oleh Allah swt dalam firman-Nya, "Apakah kalian menyuruh orang-orang untuk berbuat baik sementara kalian melupakan diri kalian sendiri padahal kalian membaca al Kitab?" (Al Baqoroh 44). Dalam ayat lain Allah berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kalian mengatakan apa yang tidak kalian lakukan? Besar sekali kebencian di sisi Allah kalau kalian mengatakan apa-apa yang tidak kalian kerjakan." (Ash-Shoff 2-3)
Namun meskipun mereka "cuma pintar ngomong", bukan berarti kita tidak boleh mengambil perkataan mereka. Selama itu tidak melenceng dari al-Qur'an dan sunnah, boleh saja kita mendengarkan apa yang mereka katakan. Ali bin Abi Thalib pernah berkata "Undzur maa qoola, walaa tandzur man qoola" Lihatlah apa yang dikatakan, dan jangan kau melihat siapa yang mengatakan.
Ada lagi yang bisa kita ambil sebagai pelajaran dari setan. Setan itu terkadang berbuat baik kepada kita tetapi sebetulnya malah merugikan atau bahkan mencelakakan. Jadi kita mesti hati-hati dan waspada terhadap segala bentuk kebaikan setan. Karena setan itu licik. Pernah suatu hari Abdullah bin Ummi Maktum, seorang sahabat yang buta, hendak pergi ke masjid untuk menunaikan shalat berjamaah. Di tengah jalan dia terjatuh dan terperosok di sebuah lubang. Besoknya Ibnu Ummi Maktum pergi lagi ke masjid seperti biasa, namun kali ini ada seseorang yang berbaik hati yang menuntunya. Tentu saja Ibnu Ummi Maktum heran karena orang itu tidak turut sholat berjamaah. Tetapi Ibnu Ummi Maktum hanya mengucapkan terima kasih seraya berkata "Kau ini baik sekali, siapakah kau ini sebenarnya?" Jawab orang itu, "Aku adalah setan." Kaget Ibnu Ummi Maktum mengetahui siapa yang telah berbuat baik kepadanya. Kata Ibnu Ummi Maktum, "Apa maksudmu menolongku?" Jawab setan yang berujud orang baik itu "Kemarin ketika kau jatuh terperosok, setengah dari dosamu diampuni oleh Allah. Aku khawatir kalau kali ini kau jatuh lagi, maka habislah dosamu."
Setan memang licik setan. Dia tolong Ibnu Ummi Maktum bukan karena bermaksud ikhlas ingin menolong. Tapi dia tidak mau kalau sampai dosa Ibnu Ummi Maktum diampuni oleh Allah semuanya. Ada udang dibalik batu, kata orang. Jadi bukannya kita su'uzh-zhon dengan orang-orang yang bertipe macam setan begini. Namun sekedar hati-hati dan waspada.
Sekarang ini banyak orang-orang model setan bergentayangan di sekililing kita. Mereka belajar agama, banyak membaca buku-buku keislaman dan banyak mengetahui hukum-hukum Islam, tapi volume ibadahnya tidak berubah. Iman dan akhlaknya tidak ada bedanya dengan orang yang tidak tahu agama (baca: orang awam). Bahkan bisa jadi akhlak mereka lebih buruk dibanding orang awam. Selain itu juga tidak sedikit orang belajar Islam malah untuk menyerang sendi-sendi Islam yang telah mapan. Atau untuk menyelipkan pikiran nyleneh dengan mengambil dalil dari al-Qur'an, sunnah, sirah, maupun perkataan ulama dalam posisi yang tidak tepat. Seenaknya saja mereka memakai dalil. Tampaknya maksud mereka baik, ingin memperbarui Islam. Namun sejatinya mereka malah menghancurkan Islam dari dalam. Ada lagi yang sering mengisi pengajian di sana-sini, tapi hanya sebatas menyampaikan ilmu. Bermanfaat bagi yang hadir namun tidak ada artinya bagi dirinya sendiri. Memang benar kata sya'ir,"Al 'Ilmu bilaa 'amalin, kasy-syajari bilaa tsamarin." Ilmu tanpa amal, bagaikan pohon tanpa buah.
Ada beberapa hikmah yang bisa kita petik dari peristiwa yang berkenaan dengan Abu Hurairah dan Abdullah bin Ummi Maktum. Pertama, bukan tidak mungkin ada orang yang buruk akhlaknya dan pas-pasan imannya, tetapi mempunyai ilmu yang bermanfaat bagi orang lain. Kedua, bolehnya kita belajar atau mendengarkan perkataan orang-orang yang "cuma pintar ngomong' selama itu benar dan tidak melenceng dari al-Qur'an dan sunnah. Ketiga, orang yang mempunyai suatu ilmu tetapi tidak mau mengamalkannya, tidak ada bedanya dengan setan. Keempat, kita mesti hati-hati terhadap kebaikan-kebaikan orang-orang model setan ini, karena siapa tahu ada maksud jahad dibalik kebaikannya. Juga terhadap pemikiran-pemikiran yang bernada memperbarui agama, sebab seringnya pemikiran-pemikiran yang berkulit pembaruan malah membuat 'pe-er' bagi ummat Islam.

Cinta Bersemi Selalu


Menerima pendamping kita apa adanya dengan tidak berharap terlalu banyak, merupakan bekal untuk mencapai kemesraan dalam rumah tangga dan kebahagiaan di akhirat. Sebagai hamba yang dianugerahi fitrah, kita memang perlu menyeimbangkan harapan. Tak salah kita berdoa memohon suami yang sempurna, tetapi pada saat yang sama kita juga harus melapangkan dada untuk menerima kekurangan. Kita boleh memancangkan harapan, tapi kita juga perlu bertanya apa yang sudah kita persiapkan agar layak mendampingi pasangan idaman.
Ini bukan berarti kita tidak boleh mempunyai keinginan untuk memperbaiki kehidupan kita, rumah tangga kita, serta pasangan kita. Akan tetapi, semakin besar harapan kita dalam pernikahan semakin sulit kita mencapai kebahagiaan dan kemesraan. Sebaliknya, semakin tinggi komitmen pernikahan kita (marital commitment) akan semakin lebar jalan yang terbentang untuk memperoleh kebahagian dan kepuasan.
Apa bedanya harapan dan komitmen? Apa pula pengaruhnya terhadap keutuhan rumah tangga kita? Harapan terhadap perkawinan menunjukkan apa yang ingin kita dapatkan dalam perkawinan. Bila kita memiliki harapan perkawinan yang sangat besar, sulit bagi kita untuk menerima pasangan apa adanya. Kita akan selalu melihat dia penuh kekurangan. Jika kita menikah karena terpesona oleh kecantikannya, kita akan segera kehilangan kemesraan sehingga tidak bisa berlemah lembut begitu istri kita sudah tidak memikat lagi. Betapa cepat dan berlalu dan betapa besar nestapa yang harus ditanggung.
Sementara itu, komitmen perkawinan lebih menunjukkan rumah tangga seperti apa yang ingin kita bangun. Kerelaan untuk menerima kekurangan, termasuk mengikhlaskan hati menerima kekurangannya membuat kita lebih mudah mensyukuri perkawinan.
Disebabkan oleh komitmen yang sangat kuat pada Allah dan Rasul-Nya istri Julaibib mengikhlaskan hati untuk menikah dengan Julaibib. Yang baru semalam usia pernikahan mereka Julaibib mengakhiri hayat di medan syahid. Ketika ibunya merasa tidak rela dikarenakan rendahnya rendahnya martabat dan buruknya perawakan fisik, ia meminta agar orang tuanya menerima pinangan itu kalau memang Rasulullah saw. yang menentukan.
Orang yang melapangkan hati untuk menenggang perbedaan, cenderung akan menemukan banyak kesamaan. Perbedaan itu bukan lantas tidak ada, tetapi kesediaan untuk menenggang perbedaan membuat kita mudah untuk melihat kesamaan dan kebaikannya. Sebaliknya, kita akan merasa tidak nyaman berhubungan dengan orang lain, tidak terkecuali pendamping hidup kita, bila kita sibuk mempersoalkan perbedaan. Apalagi jika kita sering menyebut-nyebutnya, semakin terasa perbedaan itu dan semakin tidak nyaman membina hubungan dengannya.
Semoga Allah melindungi kita dari mempersoalkan perbedaan tanpa mengilmui. Semoga Allah menjauhkan kita dari kesibukan yang membinasakan. Semoga Allah pula kelak mengukuhkan ikatan perasaan di antara kita dengan kasih sayang, ketulusan, dan kerelaan menenggang perbedaan. Sesungguhnya telah berlalu umat-umat sebelum kita yang mereka binasa karena sibuk mempersoalkan perbedaan dan memperdebatkan hal-hal yang menjadi rahasia Allah.
Nah, jika mempersoalkan perbedaan, menyebut-nyebutnya, dan mengeluhkannya akan membuat hubungan renggang, mengapa tidak melapangkan hati untuk menenggangnya? Sesungguhnya menenggang perbedaan akan menumbuhkan kasih sayang dan kemesraan yang hangat. Ada perasaan mengharukan yang sekaligus membahagiakan jika kita memberikan untuknya apa yang ia sukai.
Untuk itu, ada tiga hal yang perlu kita pahami agar ia mempercayai ketulusan kita. Pertama, berikanlah perhatian yang hangat kepadanya. Besarnya perhatian membuat dia merasa kita sayang dan kita cintai. Kedua terimalah ia tanpa syarat. Penerimaan tanpa syarat menunjukkan bahwa kita mencintainya dengan tulus. Tidak mungkin menerima dia apa adanya jika kita tidak memiliki ketulusan cinta dan kebersihan niat. Ketiga, ungkapkanlah dengan kata-kata yang tepat.
Berkaitan dengan ungkapan ini, ada sebuah tips yang ahsan yang disampaikan oleh ustaz yang kini masih mengajar di jurusan Psikologi, UII, Yogyakarta ini. Yakni terminologi "aku" dan kamu". Saat kita mendapatkan bahwa masakan yang dibuat pasangan kita keasinan misalnya, maka gunakanlah kata ganti "aku" . "Aku lebih suka kalau sayurnya lebih manis, sayang" Tapi saat kita mendapatkan suatu kelebihan pada diri pasangan, ia sukses menggoreng telor dadar misalnya (biasanya ia menggoreng berkerak), maka kita gunakan kata ganti "kamu". "Kamu memang pintar, istriku". Kita gunakan kata "aku" untuk sesuatu yang sifatnya negatif dan "kamu" untuk sesuatu yang sifatnya positif. Untuk semua hal.
Tampaknya memang benar, karena penggunaan kata ganti "kamu" untuk sebuah kesalahan yang telah dilakukan oleh pasangan kita cenderung menyaran pada arti memvonis alih-alih memosisikan pasangan kita sebagai tertuduh. Dalam perspektif pragmatik (linguistik), terminologi ini merupakan sebuah upaya penggunaan maksim kesopanan dengan tetap mempertahankan maksim kerja sama. Dengan tujuan agar tidak terjadi konflik pada keduanya.
Berangkat dari petunjuk Allah ini tidak layak bagi kita untuk sibuk mempersoalkan kekurangan ataupun kesalahan, apalagi kekurangan yang sulit dihilangkan, sepanjang ia tidak melakukan kekejian yang nyata. Betapa pun banyak yang tidak kita sukai darinya, kemesraan dengannya tak akan pudar jika kita mencoba untuk berbaik sangka kepada Allah, barangkali di balik itu Allah berikan kebaikan yang sangat besar. Sebaliknya, sesedikit apa pun keburukannya, bila kita sibuk menyebut-nyebut dan mengingatnya, akan sangat memberatkan jiwa.
Dampak selanjutnya tidak hanya bagi hubungan suami istri, tetapi merembet pada hubungan kita dan si kecil. Terimalah ia apa adanya. Terimalah kekurangannya dengan keikhlasan hati maka akan kita temukan cinta yang bersemi indah. Sesudahnya berupaya memperbaiki dan bukan menuntut untuk sempurna. Bukankah kita sendiri mempunyai kekurangan, mengapa kita sibuk menuntut istri untuk sempurna? Ada amanat yang harus kita emban ketika kita menikah. Ada ruang untuk saling berbagi. Ada ruang untuk saling memperbaiki. Dan bukan saling mengeluhkan, alih-alih menyebut-nyebut kekurangan.
Pahamilah kekhilafannya agar ia merasa ringan dalam memperbaiki, meski bukan berarti kita lantas membiarkan kesalahan. Berikanlah dukungan dan kehangatan kepadanya sehingga ia berbesar hati menghadapi tantangan-tantangan yang ada di depan. Tunjukkanlah bahwa kita memang sangat menghargainya, menerimanya dengan tulus, mau mengerti dan bersemangat mendampinginya.
Bagaimana upaya belajar itu tidak sebatas menerima apa adanya, tetapi juga diikuti dengan belajar mendengar dengan sepenuh hati. Karena tidak jarang kita bukan tidak paham jawaban yang sesungguhnya diinginkan di balik pertanyaan pasangan. Cukup banyak hal sepele yang tampaknya kita anggap telah kita berikan tetapi ternyata hal itu jauh meleset dari dugaan. Kita bukan mendengar pasangan tetapi mendengar diri sendiri, kita bukan memberi solusi tapi malah menambah materi. Kita bukan memberi jalan keluar alih-alih menghakimi. Kita bukan memberikan jawaban, tetapi malah memberikan pertanyaan. Kita bukan meringankan tetapi malah memberatkan. Benarkah?
Al akhir, kekayaan itu ada di jiwa. Dan keping kekayaan itu dimulai dari ketulusan menerima. Dengan kekayaan jiwa kita akan lebih mudah memberikan empati, lebih mudah untuk memahami, lebih mudah untuk berbagi dan lebih mudah mendengar dengan sepenuh hati. Hari ini, ketika kita bermimpi tentang sebuah pernikahan yang romantis sementara ikatan batin di antara kita dan pasangan begitu rapuh, sudahkah kita berterima kasih kepadanya? Sudahkah kita meminta maaf atas kesalahan kesalahan kita? Jika belum, mulailah dengan meminta maaf atas kesalahan-kesalahan kita dan ungkapkan sebuah panggilan sayang untuknya. Mulailah dari yang paling mudah, hatta yang paling remeh atau kecil sekalipun. Mulailah dari yang paling kecil, demikian Ustaz Aa' berpesan. Little things mean a lot, demikian Ustaz Fauzil menambahkan. Agar cinta bersemi dalam keluarga kita, agar cinta senantiasa berbunga dalam kehidupan kita.

SANTA CLAUS ATAU SINTERKLAS

            Sinterklas atau Santa Claus sebenarnya bukan ajaran yang berasal dari penganut paganisme (penyembah berhala) maupun Alkitab. Sinterklas adalah ciptaan seorang Pastur yang bernama "Santo Nicolas" yang hidup pada abad ke empat Masehi. Menurut Encyclopedia Britannica halaman 648-649 edisi kesebelas, disebutka: "St Nicholas, bishop of Myra, a saint honored by the Greek and Latins on the 6th of December...a Legend of his surreptitious bestowal bf dowries on the three daughters of an impoverished citizen...is said to have originated the old custom of giving present in secret on the Eve of St. Nicholas (Dec 6), subsequently transferred to Christmas day. Hence the association of Christmas with Santa Claus."
"St. Nicholas, adalah seorang pastur di Myra yang amat diagung-agungkan oleh orang-orang Yunani dan Latin setiap tgl 6 Desember. Legenda ini berawal dari kebiasaannya yang suka memberikan hadiah secara sembunyi-sembunyi kepada tiga orang anak wanita miskin. untuk melestarikan kebiasaan lama dengan memberi­kan hadiah secara tersembunyi itu digabungkan ke dalam malam Natal. Akhirnya terkaitlah antara hari Natal dan Sabta Claus.."
Sinterklas Mengajarkan Kebohongan Dalam ajaran agama manupun, semua orang tua melarang anaknya berbohong. Tetapi menjelang Natal, banyak orang tua yang membohongi anaknya dengan cerita tentang Sinterklas yang memberikan hadiah Natal ketika mereka tidur. Begitu anak-anak mereka bangun pagi, didalam sepatu atau kaos kaki mereka yang digantungkan didepan pintu rumah, telah berisi berbagai permen dan hadiah lainnya. Oleh sebab itu Sinterklas merupakan pembohongan yang dilakukan oleh setan yang menyamar sebagai manusia.
"Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblis pun menyamar sebagai malaikat Terang. Jadi bukanlah suatu hal yang ganjil, jika pelayan-pelayannya menyamar sebagai pelayan-pelayan kebenaran. Kesudahan mereka akan setimpal dengan perbuatan mereka."(2 Kor 11:14-15)

 

NETWORKEDBLOGS

MITRA LINK

WIDGEO

    blog-jasri.blogspot.com-Google pagerank,alexa rank,Competitor

TUKAR LINK

SAHABAT

al-Ilmu Naafi' © 2012 | Template By Jasriman Sukri