Kurma, Antara Islam Dan Ilmu Pengetahuan

Kurma memiliki nilai dan kedudukan khusus dalam Islam, dan semua perhatian manusia tentang keutamaan kurma terfokus pada dua hal ini, dan ketika semakin mendalam pembahasan dan penelitian terhadap kurma, maka anda akan menemukan bahwa kurma memang layak untuk mendapatkan kedudukan dan keistimewaan ini. Dan ini adalah nikmat yang agung yang Allah muliakan kita dengannya dalam deretan nikmat-nikmat lain yang tiada terhitung. 

Allah berfirman: وءاتاكم من كل ما سألتموه وإن تعدوا نعمة الله لا تحصوها إن الإنسان لظلوم كفار (إبراهيم: 34) 

Dan kami memberikan kepada kalian semua apa yang kalian minta; dan andai kalian menghitung-hitung nikmat Allah pastilah kalian tidak bisa mendatanya, sesungguhnya manusia benar-benar dhalim dan sangat ingkar (Q.S. Ibrahim: 34) 

Allah juga berfirman: ينبت لكم به الرزع والزيتون والنخيل والأعنب ومن كل الثمرت، إن في ذلك لأية لقوم يتفكرون (النحل: 11) 

Dan ditumbuhkan untuk kalian di bumi ini tanaman, zaitun, kurma, anggur, dan semua buah-buahan. Sesungguhnya yang demikian benar-benar menjadi tanda-tanda kebesaran Kami bagi kaum yang mau berfikir (Q.S. An-Nahl: 11). 

Berdasarkan penelitian yang sudah banyak dilakukan terhadap kurma, ditegaskan bahwa bahwa kurma mengandung sejumlah unsur penting bagi tubuh, akan tetapi sebagian orang tidak mengetahui hal itu, kecuali sedikit saja. Berdasarkan konfigurasi yang bersumber dari ilmu pengetahuan, wawasan yang bisa dicapai di zaman kiwari, aku tercengang dan terhenyak ketika membaca hadits Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam tentang rahasia yang terkandung dalam kurma, dimana Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:

إذا أفطر أحدكم فليفطر على تمر فإنه بركة فإن لم يجد تمراً فالماء فإنه طهور (رواه الترمذي)

Jika salah seorang diantara kalian hendak berbuka puasa, maka berbukalah dengan kurma sebab ia berkah, jika tidak ada kurma maka dengan air sebab ia bersih dn suci. (HR. Tirmidzi) Ini adalah kehebatan kenabian Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam. Sejumlah penelitian ilmiah telah menetapkan akan kebenaran hal di atas. Ketika akhir dari tahapan penyerapan sari makanan -dipenghujung puasa- akan bergetar keadaan glukosa dan insulin dalam darah yang dating ke katup hati. 

Dan ini dengan prosesnya akan meminimalisir pemakaian glukosa dan mengambilnya melalui organ hati dan sel-sel ujung seperti otot-otot, sel syaraf, dan menjadi sesuatu yang bisa menghilangkan setiap zat yang terkandung dari gelokogen hati. Pada saat seperti itu organ-organ bergantung untuk mendapatkan energi dari Co2 (karbon dioksida) kimiawi, dan oksida glukosa yang terbentuk dalam hati dari asam amino dan gelesrol. Oleh karena itu memulurnya (melentur memanjang) organ penyerap makanan dengan glukosa pada saat ini memiliki manfaat yang sangat banyak. 

Jadi, meningkatnya kandungan glukosa secara cepat di dalam katup pembuluh darah vena di hati secara langsung akan diserap, dan kemudian masuk ke dalam ke organ hati pertama kali, kemudian ke sel otak, darah, organ pencernaan, otot-otot, dan seluruh jaringan tubuh yang lainnya yang Allah gerakkan organ-organ tubuh untuk beraktivitas kembali dengan melalui makanan itu. Itu untuk menjadikan zat gula terbaik sebagai makanan terbaiknya, paling mudah diserap tubuh, dan menghentikan oksidasi karbon kimiawi, memangkas zat-zat berbahaya dalam tubuh, menghilangkan keadaan lemah secara umum dan kegemetaran yang kecil dalam organ pencernaan. Sesungguhnya adanya oksidasi kimiawi dalam jumlah besar lemak, sebagaimana terhentinya masuknya glukosa melalui aktivitas pembuatan glukosa dalam hati, maka akan menghentikan pemusnahan asam amino dan seterusnya terjagalah protein dalam tubuh. Kenapa Kurma? Kurma merupakan makanan paling kaya akan glukosa. 

Oleh karena itu, kurma merupakan makanan yang paling baik, sebab ia mengandung zat gula yang tinggi antara 75 - 87% dan dalam bentuk glukosa sebanyak 55%, fructose (fraktosa) 45% lebih tinggi dari jumlah protein, minyak dan beberapa vitamin dimana yang terpentingnya adalah vitamin A, B-2, B-12, dan sejumlah zat penting seperti kalsium, phosphor, potassium, sulfur, sodium, magnesium, cobalt, seng (zinc), florin, nuhas (tembaga), Salyolosa, dan zat lain yang bermanfaat untuk tubuh. Fruktosa akan diubah menjadi glukosa dengan cepat dan langsung diserap oleh organ pencernaan dan dikirim ke seluruh tubuh terutama organ-ogran pusat, seperti otak, syaraf, sel darah merah, dan sel pembersih tulang. Fraktosa bersama zat Salyolosa akan berpengaruh untuk membangkitkan gerakan melilit pada organ perut. Phosphor sangat penting untuk makanan penting bagi ruang-ruang dalam otak dan masuk dalam susunan phosphate dan yang mampu mengubah energi dan mengarahkan penggunaannya dalam seluruh sel tubuh. 

Seluruh vitamin yang dikandung oleh kurma juga memiliki pengaruh yang efektif dalam nutrisi makanan (vitamin A, B-1, B-2), Biotin, repuflatin, dan yang lainnya. Ia juga mempunyai pengaruh yang positif untuk syaraf pusat. Kandungan lainnya dari kurma juga memiliki pengaruh yang begitu penting bagi pembentukan sebagian enzim yang vital dalam kerja organ pernafasan, berperan vital dalam meregang dan mengkerutnya otot (fleksibel dan lentur), menyeimbangkan zat asam. Zat magnesium dalam kurma juga bisa menghambat ketuaan. 

Sebaliknya, seandainya seseorang memulai berbuka puasa dengan makanan yang berprotein tinggi atau berminyak, maka ia sukar untuk dicerna kecuali setelah memalui waktu yang panjang dari mulai dilumat hingga diserap tubuh. Dan hal ini tidak bisa memenuhi kebutuhan tubuh akan energi siap pakai secara cepat, apalagi untuk bisa meningkatkan kandungan asam amino dalam tubuh sebagai hasil dari makanan yang tidak mengandung zat gula sehingga akhirnya kekurangan zat gula dalam darah. 

Masalah vitamin dan zat lainnya, kita melihat bahwa kurma mengandung serat, dan ini merupakan zat yang sangat bagus dalam meningkatkan gerakan organ perut, sekaligus bisa menjaga dari kejang perut yang akhirnya bisa menyulitkan organ pencernaan dan berbagai komplikasi organ sekitar perut. Kurma yang mentah atau ruthab (kurma mengkel, setengah matang di pohon) memiliki kandungan hormon bitosin . Ini adalah hormon yang khusus untuk kerja gerak peristaltik dalam jaringan darah dan rahim. Dengan hal ini, ia bisa membantu menghindari terjadinya pendarahan dalam rahim. Oleh karena itu, kita mendapati tentang hal itu dalam surat Maryam. 

Allah berfirman:  وهزي إليك بجذع النخلة تساقط عليك رطبا جنيا، فكلي واشربي عينا (مريم: 25 - 26) 

Dan rog-lah pohon kurma itu, maka akan jatuh kepadamu ruthab; makan dan minumlah dan bersenang hatilah kamu (Q.S. Maryam: 25 - 26) (Keterangan: rog [bahasa Jawa] adalah aktivitas seseorang yang ingin mengambil sesuatu dari atas pohon dengan cara memegang pohon dengan kedua tangan, kemudian mendorong dan menarik pohon sehingga bergoyang dan jatuhlah sesuatu yang ada di atas pohon itu -pent). 

 Dengan sebab ini, kita bisa mengerti bahwa kurma bisa menjadi makanan sekaligus obat. Akan tetapi yang terbaik adalah dengan cara memakan kurma dengan niat sunnah Nabi Shalallaahu alaihi wasalam, maka engkau akan mendapatkan makanan, obat, dan pahala dari Allah Subhannahu wa Ta'ala. Plus jangan lupa untuk memuji Allah atas nikmat ini. (Abm) 

Oleh Mahmoud Islamil Syall / Muraja'ah: Dr. Sa'id Syalbi Penasihat Masalah Organ Lambung dan Hati

Konsep Nabawi Menghindari Penyakit

Rasulullah SAW bersabda, “Tutuplah belanga (tempat makanan) dan tempayan (tempat air) sebab dalam setahun itu ada suatu malam di mana penyakit (wabah) akan turun. Tidaklah ia melewati belanga atau tempayan yang tidak ditutup melainkan turun padanya penyakit (wabah) tersebut.” (HR.Muslim) 

Bukti Ilmiah Kedokteran modern telah menetapkan bahwa Nabi SAW adalah peletak pertama konsep menjaga kesehatan sebagai antisipasi atas berjangkitnya wabah dan penyakit menular. Ternyata telah terbukti bahwa memang penyakit-penyakit menular itu beraktifitas pada musim-musim tertentu dalam setahun. Bahkan, sebagiannya muncul setiap mencapai jumlah tertentu dalam beberapa tahun dan sesuai dengan sistem kerja yang demikian detail sehingga hingga kini belum diketahui apa penyebabnya. 

Di antara contohnya adalah masalah kesuburan dan kelumpuhan pada anak yang banyak terjadi pada bulan September dan Oktober. Tifus banyak terjadi pada musim panas, kolera terjadi setiap tujuh tahun sekali dan gondok setiap tiga tahun sekali. Hal ini merupakan penafsiran dari mukjizat ilmiah dalam ucapan Rasulullah SAW, “Dalam setahun itu ada suatu malam di mana penyakit (wabah) akan turun,” yakni wabah-wabah musiman yang memiliki waktu-waktu tertentu. 

Demikian pula, Rasulullah SAW telah menyiratkan akan cara paling penting dalam menghindari penyakit (tindakan preventif) dalam sabdanya yang lain, “Hindarilah debu sebab di dalamnya terdapat bakteri.” Di antara hakikat ilmiah yang belum dikenal kecuali setelah ditemukannya alat pembesar ‘mikroskop’ menyatakan bahwa sebagian penyakit menular berpindah melalui hujan ringan (rintik-rintik), tepatnya melalui udara yang terkontaminasi oleh debu sebagaimana bunyi hadits tersebut yang menggunakan lafazh “adz-Dzarr” (debu). 

Bakteri selalu terkait dengan butiran-butiran debu ketika ia dibawa oleh angin dan melalui proses itu sampailah ia dari si sakit kepada orang yang sehat. Penamaan ‘bakteri’ (mikroba) yang dalam bahasa Arabnya (dalam teks hadits) menggunakan kata “Nasamah” merupakan penamaan yang sangat tepat. Hal ini telah dijelaskan seorang ahli bahasa bernama Fairuz Abady di dalam kamus “al-Muhiith” bahwa ia (kata Nasamah) diucapkan terhadap hewan paling kecil. Tentunya, tidak asing lagi bahwa bakteri memiliki sifat gerak dan hidup. 

Adapun penamaan bakteri (Mikruub) di dalam tata bahasa Arab dengan kata “Jurtsuum” adalah penamaan yang tidak tepat dengan namanya sebab bila dikatakan “Jurtsuumatu kulli syai`in” artinya asalnya (segala sesuatu); maka termasuk juga serbuk kayu. Di sinilah letak mukjizat kedokteran yang dibawa Rasulullah SAW. Wallahu a’lam. 

(Sumber: kitab al-I’jaaz al-‘Ilmy Fi al-Islam Wa as-Sunnah an-Nabawiyyah karya Muhammad Kamil ‘Abd ash-Shamad)

Dampaknya Alkohol Terhadap Jantung

Sudah menjadi sesuatu yang diketahui umum, yaitu adanya dampak yang sangat kentara dari alkohol terhadap otak dan kerja hati (liver), kecuali apabila hal itu digunakan untuk tujuan-tujuan sosial atau untuk medis. Ada sebuah pemahaman yang menyatakan bahwa penggunaan alkohol dalam jumlah kecil tidak berdampak pada toksin atau mempengaruhi anggota tubuh lainnya sehingga tidak boleh melarang penggunaan alkohol. 

Oleh karena itu, aku melaksanakan penelitian ini untuk memastikan ada-tidaknya dampak yang signifikan terhadap jantung bagi manusia. Penelitian juga aku lakukan terhadap zat aditif "khomer" bagi responden. Tes percobaan adalah 6 jenis alkohol dengan kandungan 43% saya berikan kepada orang biasa yang sehat yang berusia 23 - 30 tahun selama 2 jam, bagi kelompok pertama, dan 1 jam bagi kelompok kedua. Dan ternyata, kerja jantung jadi berdebar kencang. 

Terhadap kelompok pertama, setelah berselang 60 menit (1 jam), kandungan al-kohol menjadi + 74 mcm/ml ada penambahan selama pemompaan darah 90 - 96 mili kedua. Dan penambahan waktu kepastian 44 - 52, bertambah persentase keduanya dari 0,299 sampai 323. Dan mulai menurun setelah 2 jam pertama padahal jumlah alkohol dalam darah bertambah sampai 111 mg dengan peningkatan yang sangat cepat/drastis (pada kelompok kedua) dan terjadi dis-fungsi organ perut bagian kiri setelah 30 menit. Hal ini terjadi ketika keadaan alkohol dalam darah mencapai 50 mg/100ml. 

Adapun pada kelompok ketiga. Kami melakukan studi komparasional terhadap 5 orang yang aku beri saccharine dan terjadi penurunan pada tiga hal tersebut pada setiap orang. 

Oleh karena itu, penggunaan alkohol dengan dosis "kecil/atau tidak seberapa" akan menyebabkan terjadinya disfungsi organ secara berkala; dan pada orang-orang biasa bila tidak berkala. Dan untuk menganalisis kerja jantung pada pada saat diberi zat aditif tersebut di atas, maka 3 orang yang sudah kecanduan khomer, kami melakukan studi komparasinya dengan kelompok orang-orang biasa yang sehat. Berdasarkan hipotesis : Ada perbedaan yang jelas pada keadaan dan gejala-gejala jantung, maka diketahui bahwasanya ditemukan keadaan yang sangat jelas pada setiap responden tentang disfungsi organ perut bagian kiri, baik besar atau pun kecil. Dan disfungsi ini lebih jelas lagi pada orang yang sedang sakit yang relatif lebih lama pada lama-tidaknya kerja jantung. Pada 12 pasien tidak mengetahui penyebab pembengkakan jantung, sebab ukuran/volume organ perut bagian kiri dan volume darah dan terbuang berbeda lebih jelas dibandingkan pada responden orang biasa. 

Dan pada 11 orang yang menderita sakit tambahan, tidak mengetahui pembengkakan jantung dengan perbedaan yang jelas, yaitu adanya penambahan atau pengurangan volume pompa darah. Pada 18 pasien, mengetahui adanya pembengkakan jantung tanpa diserta gejala, terjadi penurunan atau dis-fungsi kerja pompa jantung secara jelas dan disertai penurunan volume dan darah yang terbuang. 

Berdasarkan hal tersebut, penggunaan alkohol (sebagai zat aditif) adalah kritis secara terus-menerus terhadap jantung. Hal ini diawali dengan berdebarnya detak jantung dan sampai pada tahapan berikutnya, sakit; penurunan stamina tubuh pada kerja pompa darah, kemudian pembengkakan jantung, munculnya dis-fungsi jantung. Dan informasi yang diperoleh dari percobaan terhadap sejumlah anjing menguatkan data kami ini, dimana kami telah memberi makan 7 anjing tersebut secara paralel 5 kebutuhan anjing tersebut akan energi panas melalui alkohol selama 18 bulan. Maka, terjadilah dis-fungsi/penurunan yang sangat jelas pada jumlah yang terbuang dari organ perut bagian kiri, dan pada kekuatan tulang biseps. Adapun pembengkakan pada organ perut dan inflamasi ataupun perubahan pada keduanya, maka hal itu tidak terjadi, dan terjadinya penurunan potassium dengan adanya catatan pada biseps jantung anjing (64, dimana sebelumnya 72). 

Berdasarkan hal tersebut, pengunaan alkohol dengan dosis apapun dan dalam kondisi apapun bukan hanya mempengaruhi aqidah saja, bahkan berdampak kepada jantung dengan dampak yang sangat berbahaya. 

Sesungguhnya hukum pengharaman di dalam Islam adalah sesuatu yang sudah dogmatis dan terbatas yang tidak ada porsi sedikitpun untuk meragukannya atau mengingkarinya. Sikap Islam terhadap penggunaannya minuman beralkohol dalam dosis kecil adalah sangat jelas yang tidak perlu penjelasan tambahan, sebagaimana disebutkan dalam hadits-hadits Rasulullah. Adapun orang-orang kafir dan kalangan pendosa, mereka mengikuti kaidah-kaidah mereka dari aspek kemanusiaan dan medik untuk melegalkan penggunaan alkohol dalam dosis rendah .... Maka mereka akhirnya menyangka bahwa dosis rendah tidak akan berdampak secara signifikan, tidak jadi haram, dan tidak membahayakan tubuh. Dari hal ini pun akhirnya dimungkinkan penggunaan alkohol dalam dosis sedang untuk tujuan-tujuan medik. 

Oleh karena itu, dipandang perlu bahwa kita dalam setiap moment selalu mengedepankan ilmu dan dalil untuk memuaskan mereka-mereka yang tidak yakin dengan asas komitmen dalam kita bertahkim dengan hukum ilahi. Dr. Sath-han Ahmad (United State of America)

Hikmah Disyari'atkan Khitan

Dari Abu Hurairah -Semoga Allah meridhainya- Rasulullah bersabda:

 (( الفطرة خمس -أو خمسة من الفطرة: الختان، والاستحداد، وتنف الإبط، وتقليم [الأظفار، وقص الشارب )) الخباري في صحيح، 5889 

Artinya: Fithrah manusia itu ada lima, yaitu khitan, mencukur bulu kemaluan, mencabut bulu ketiak, memotong kuku, dan mencukur kumis (HR. Bukhari, 5889). 

Makna fitrah pada asalnya adalah tabiat yang semula sudah ada, dan yang dimaksu dengan hadits tersebut di atas adalah, "Jika 5 hal di atas dilakukan maka pelakunya disifati dengan fithrah sebagaimana Allah tetapkan demikian untuk para hambanya, dan juga Allah memotivasi hamba-Nya untuk melakukan, mencintai hal yang demikian, sehingga hamba tersebut memiliki sifat yang paling sempurna lagi mulia. Dalam sejumlah sifat yang lain disebutkan, "Lima hal yang teramsuk sunnah/kebiasaan". 

Dan khitan maknanya adalah memotong, yaitu memotong kulub (kulit yang berlebih yang ada pada dzakar bagian depan. Adapun istihdad, adalah menggunakan alat potong untuk menghilangkan rambut yang ada di atas dan sekitar kemaluan laki-laki. Demikian juga rambut yang ada di sekitar kemaluan perempuan. 

Sebuah majalah medis terkenal di Inggris, BMG, pernah menurunkan makalah tentang kanker kelamin dan penyebab-penyebabnya pada tahun 1986. Diantara keterangannya adalah, "Sesungguhnya kanker kelamin sangat kecil sekali terjadi di kalangan yahudi dan negeri-negeri muslim, sebab mereka ini melakukan khitan semenjak usia anak-anak. Dan data statistik medis menunjukkan bahwa kanker kemaluan yang terjadi pada kalangan yahudi tidak terjadi kecuali hanya terhadap 9 penderita saja dalam setahun." 

Proses terjadinya kanker kelamin adalah ketika kemaluan tidak dikhitan, maka kulub yang ada di bagian depan kemaluan tersebut selalu menyisakan air kencing yang keluar. Air kencing tersebut membawa endapan-endapan yang dalam waktu yang lama akan menutupi bagian saluran air kencing sehingga menyebabkan dis-fungsi. Maka dengan dikhitannya kulub ini, kemungkinan mengendapnya sisa-sisa air kencing tidak ada lagi karena selalu dibersihkan setiap kali kencing. Sisa-sisa endapan air kencing inilah yang berdasarkan penelitian merupakan sebab utama terjadinya kanker kelamin. 

Majalah "Al-Ma'had Al-Wathaniy lii Al-Sarthan" menurunkan berita tentang hasil penelitian yang menegaskan bahwa kanker kelamin bisa berpindah ketika berhubungan seks. Dan dengan hubungan seks dengan banyak pasangan bebas juga akan menyebabkan terjadinya kanker ini. Dalam dalam laporan buletin sebuah akademi untuk penyakit-penyakit anak-anak disebutkan bahwa sesungguhnya khitan adalah cara yang efektif untuk mencegah terjadinya kanker kelamin. 

Sebuah majalah Amerika untuk penyakit anak-anak juga menegaskan bahwa aktivitas-aktivitas agama yang dianut kalangan muslimin (Islam) dan yahudi yang menegaskan mensyari'atkan khitan memiliki dampak yang sangat mendasar dalam memotivasi mereka untuk melaksanakan fithrah ini (khitan)". Dan dalam shahihain (Bukhari dan Muslim) diriwayatkan dari Abu Hurairah secara marfu' bahwa Nabi Ibrahim --Alaihis Salam-- melakukan khitan ketika ia memasuki usia 80 tahun.

Hikmah Larangan Bernafas Ketika Minum

(( عن ثمامة بن عبد الله، قال: كان أنس بن مالك رضي الله تعالى عنه يتنفس في الإناء مرتين أو ثلاثة مرات، وزعم أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يتنفس ثلاثا )) صحيح البخاري، في الأشربة 5631 

Dari Tsumamah bin Abdullah, "Dahulu Anas bin Malik radhiyallahu ta'alaa anhu pernah bernafas di dalam bejana dua kali atau tiga kali, dan dia mengira Nabi sallallahu alaihi wa sallam pernah melakukan hal itu (HR. Bukhari, No. 5631) Dari Abu Qatadah dan bapaknya, Rasulullah bersabda, "Apabila salah seorang diantara kalian minum, maka janganlah ia bernafas di bejana (gelas), dan jika salah seorang dari kalian kencing maka janganlah ia memegang dzakar (kemaluannya) dengan tangan kanannya, jika membersihkan maka jangan membersihkan dengan tangan kanannya (HR. Bukhari 5630) 

Sebagian ulama mengatakan, "Larangan bernafas di dalam bejana ketika minum sama seperti larangan ketika makan dan minum, sebab hal itu bisa menyebabkan keluarnya ludah sehingga bisa mempengaruhi kebersihan air minum tersebut. Dan keadaan ini apabila dia makan dan minum dengan orang lain. Adapun bila ia makan sendirian atau bersama keluarganya atau dengan orang yang tidak terganggu dengan caramu tersebut, maka hal itu tidak mengapa." Aku ( Imam Ibn Hajar Al-Asqalani) berkata, "Dan yang lebih bagus adalah memberlakukan larangan hadits Nabi tersebut, sebab larangan itu bukan untuk menghormati orang yang layak dihormati ataupun untuk mendapat penghargaan dari orang lain.... 

Berkata Imam Al-Qurthubi, "Makna larangan itu adalah agar bejana dan air tersebut tidak tercemar dengan air ludah atau pun bau yang tidak sedap". Fat-hul Bari, 10/94. Demikianlah penjelasan para ulama kita. Para pakar kontemporer pun telah berusaha mengorek hikmah atas larangan tersebut. Mereka mengatakan, "Ini adalah petunjuk yang indah yang diajarkan oleh Nabi kita Muhammad sallallahu alaihi wa sallam dalam menyempurnakan akhlaq. Dan apabila makan atau minum kemudian terpercik ludah keluar dari mulut kita, maka hal itu merupakan kekurangnya sopan santun kita, dan sebab munculnya sikap meremehkan, atau penghinaan. Dan Rasulullah adalah adalah penghulunya seluruh orang-orang yang santun dan pemimpinnya seluruh para pendidik. 

Bernafas adalah aktivitas menghirup dan mengeluarkan udara; menghirup udara yang bersih lagi penuh dengan oksigen ke dalam paru-paru sehingga tubuh bisa beraktivitas sebagaimana mestinya; dan menghembuskan nafas adalah udara keluar dari paru-paru yang penuh dengan gas karbon dan sedikit oksigen, serta sebagian sisa-sisa tubuh yang beterbangan di dalam tubuh dan keluar melalui kedua paru-paru dalam bentuk gas. Gas-gas ini dalam persentase yang besar ketika angin dihembuskan, padanya terdapat sejumlah penyakit, seperti pada toksin air kencing ... Maka udara yang dihembuskan mengandung sisa-sisa tubuh yang berbentuk gas dengan sedikit oksigen. 

Dari hal ini kita mengetahui hikmah yang agung dari larangan Rasulullah; yaitu agar kita tidak bernafas ketika makan atau minum; akan tetapi yang dibenarkan adalah minum sebentar lalu diputus dengan bernafas di luar bejana, lalu minum kembali. Rasulullah memberikan wejangan tentang awal yang bagus dalam perintahnya tentang memutus minum dengan bernafas sebentar-sebentar. 

Sebagimana sudah kita ketahui, bahwa seorang yang minum 1 gelas dalam satu kali minuman akan memaksa dirinya untuk menutup/menahan nafasnya hingga ia selesai minum. Yang demikian karena jalur yang dilalui oleh air dan makanan dan jalan yang dilalui oleh udara akan saling bertabrakan, sehingga tidak mungkin seseorang akan bisa makan atau minum sambil bernafas secara bersama-sama. Sehingga tidak bisa tidak, ia harus memutus salah satu dari keduanya. Dan ketika seseorang menutup/menahan nafasnya dalam waktu lama, maka udara di dalam paru-paru akan terblokir, maka ia akan menekan kedua dinding paru-paru, maka membesar dan berkuranglah kelenturannya setahap demi setahap. 

Dan gejala ini tidak akan terlihat dalam waktu yang singkat. Akan tetapi apabila seseorang membiasakan diri melakukan ini (minum dengan menghabiskan air dalam satu kali tenggakan) maka ia akan banyak sekali meminum air, seperti unta, dimana paru-parunya selalu terbuka.... Maka paru-paru akan menyempitkan nafasnya manakala ia sedikit minum air, maka kedua bibirnya kelu dan kaku, dan demikian juga dengan kukunya. Kemudian, kedua paru-parunya menekan jantung sehingga mengalami dis-fungsi jantung (gagal jantung), kemudian membalik ke hati, maka hati menjadi membesar (membengkak), kemudian sekujur tubuh akan menggembur. 

Dan Demikianlah keadaannya, sebab kedua paru-paru yang terbuka merupakan penyakit yang berbahaya, sampai para dokter pun menganggapnya lebih berbahaya daripada kanker tenggorokan. 

Dan Nabi Sallallahu alaihi wassallam tidak menginginkan seorangpun dari ummatnya sampai menderita penyakit ini. Oleh karena itu, beliau menasihati ummatnya agar meminum air seteguk demi seteguk (antara dua tegukan dijeda dengan nafas), dan meminum air 1 gelas dengan 3 kali tegukan, sebab hal ini lebih memuaskan rasa dahaga dan lebih menyehatkan tubuh (Lihat Al-Haqa'iq Al-Thabiyyah fii Al-Islam, secara ringkas)

Telinga Dulu Baru Mata

Manusia ketika hilang matanya, maka hilanglah segalanya, hidup dalam kegelapan sepanjang waktu, tidak bisa melihat apa-apa... Akan tetapi kalau manusia kehilangan pendengarannya, maka dia masih bisa melihat. Pada saat itu, musibah yang ia derita lebih ringan daripada ia kehilangan mata. Akan tetapi Allah ta'alaa ketika menyebutkan kata "pendengaran" dalam Al-Qur'an selalu didahulukan daripada penglihatan. 

Sungguh, ini merupakan satu mu'jizat Al-Qur'an yang mulia. Allah telah mengutamakan dan mendahulukan pendengaran daripada penglihatan. Sebab, pendengaran adalah organ manusia yang pertama kali bekerja ketika di dunia, juga merupakan organ yang pertama kali siap bekerja pada saat akhirat terjadi. Maka pendengaran tidak pernah tidur sama sekali. 

Sesunguhnya pendengaran adalah organ tubuh manusia yang pertama kali bekerja ketika seorang manusia lahir di dunia. Maka, seorang bayi ketika saat pertama kali lahir, ia bisa mendengar, berbeda dengan kedua mata. 

Maka, seolah Allah ta'alaa ingin mengatakan kepada kita, "Sesungguhnya pendengaran adalah organ yang pertama kali mempengaruhi organ lain bekerja, maka apabila engkau datang disamping bayi tersebut beberapa saat lalu terdengar bunyi kemudian, maka ia kaget dan menangis. Akan tetapi jika engkau dekatkan kedua tanganmu ke depan mata bayi yang baru lahir, maka bayi itu tidak bergerak sama sekali (tidak merespon), tidak merasa ada bahaya yang mengancam. Ini yang pertama. 

Kemudian, apabila manusia tidur, maka semua organ tubuhnya istirahat, kecuali pendengarannya. Jika engkau ingin bangun dari tidurmu, dan engkau letakkan tanganmu di dekat matamu, maka mata tersebut tidak akan merasakannya. Akan tetapi jika ada suara berisik di dekat telingamu, maka anda akan terbangun seketika. Ini yang kedua. 

Adapun yang ketiga, telinga adalah penghubung antara manusia dengan dunia luar. Allah Ta'alaa ketika ingin menjadikan ashhabul kahfi tidur selama 309 tahun, Allah berfirman: Maka Kami tutup telinga-telinga mereka selama bertahun-tahun (selama 309 tahun, lihat pada ayat 25 berikutnya -pent) (Q.S. Al-Kahfi: 11) 

Dari sini, ketika telinga tutup sehingga tidak bisa mendengar, maka orang akan tertidur selama beratus-ratus tahun tanpa ada gangguan. Hal ini karena gerakan-gerakan manusia pada siang hari menghalangi manusia dari tidur pulas, dan tenangnya manusia (tanpa ada aktivitas) pada malam hari menyebabkan bisa tidur pulas, dan telinga tetap tidak tidur dan tidak lalai sedikitpun. 

Dan di sini ada satu hal yang perlu kami garis bawahi, yaitu sesungguhnya Allah berfirman dalam surat Fushshilat: Dan kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian yang dilakukan oleh pendengaranmu, mata-mata kalian, dan kulit-kulit kalian terhadap kalian sendiri, bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kalian kerjakan. (Q.S. Fushshilat: 22) 

Kenapa kalimat "pendengaran" dalam ayat tersebut berbentuk tunggal (mufrad) dan kalimat "penglihatan" dan "kulit" dalam bentuk jamak ? Padahal, bisa saja Allah mengatakannya: Pendengaran-pendengaran kalian, penglihatan-penglihatan kalian, dan kulit-kulit kalian. Dan memang konteks ayatnya adalah pendengaran dan penglihatan (bentuk tunggal) atau pendengaran-pendengaran dan penglihatan-penglihatan (bentuk jamak). 

Akan tetapi Allah ta'alaa dalam ayat di atas -yang demikian rinci dan jelas- ingin mengungkapkan kepada kita tentang keterperincian Al-Qur'an yang mulia. Maka mata adalah indera yang bisa diatur sekehendak manusia, saya bisa melihat dan bisa tidak melihat, saya bisa memejamkan mata bila saya tidak ingin melihat sesuatu, memalingkan wajahku ke arah lain, atau pun mengalihkan pandanganku ke yang lain yang ingin saya lihat. Akan tetapi telinga tidak memiliki kemampuan itu, ingin mendengar atau tidak ingin mendengar, maka anda tetap mendengarnya. 

Misalnya, anda dalam sebuah ruangan yang di sana ada 10 orang yang saling berbicara, maka anda akan mendengar semua suara mereka, baik anda ingin mendengarnya atau tidak; anda bisa memalingkan pandangan anda, maka anda akan melihat siapa saja yang ingin anda lihat dan anda tidak bisa melihat orang yang tidak ingin anda lihat. Akan tetapi, anda tidak mampu mendengarkan apa yang ingin anda dengar perkataannya dan tidak juga mampu untuk tidak mendengar orang yang tidak ingin anda dengar. Paling-paling anda hanya bisa seolah-olah tidak tahu atau seolah-olah tidak mendengar suara yang tidak ingin anda dengar, akan tetapi pada hakikatnya semua suara tersebut sampai ke telinga anda, mau atau pun tidak. 

Jadi, mata memiliki kemampuan untuk memilih; anda bisa melihat yang itu atau memalingkan pandangan mata dari hal itu, saya pun demikian, dan orang lain pun demikian, sedangkan pendengaran; setiap kita mendengar apa saja yang berbunyi, diinginkan atau pun tidak. Dari hal ini, maka setiap mata berbeda-beda pada yang dilihatnya, akan tetapi pendengaran mendengar hal yang sama. 

Setiap kita memiliki mata, ia melihat apa saja yang ia mau lihat; akan tetapi kita tidak mampu memilih hal yang mau kita dengarkan, kita mendengarkan apa saja yang berbunyi, suka atau tidak suka, sehingga pantas Allah ta'alaa menyebutkan kalimat "pandangan" dalam bentuk jamak, dan kalimat "pendengaran" dalam bentuk tunggal, meskipun kalimat pendengaran didahulukan daripada kalimat penglihatan. Maka pendengaran tidak pernah tidur atau pun istirahat. 

Dan organ tubuh yang tidak pernah tidur maka lebih tinggi (didahulukan) daripada makhluk atau organ yang bisa tidur atau istirahat. Maka telinga tidak tidur selama-lamanya sejak awal kelahirannya, ia bisa berfungsi sejak detik pertama lahirnya kehidupan yang pada saat organ-organ lainnya baru bisa berfungsi setelah beberapa saat atau beberapa hari, bahkan sebagian setelah beberapa tahun kemudian, atau pun 10 tahun lebih. 

Dan telinga tidak pernah tidur, ketika engkau sedang tidur maka semua organ tubuhmu tidur atau istirahat, kecuali telinga. Jika terdengar suara disampingmu maka spontan engkau akan terbangun. Akan tetapi, jika fungsi telinga terhenti, maka hiruk-pikuk aktivitas manusia di siang hari dan semua bunyi yang ada tidak akan membangunkan tidur kita, sebab alat pendengarannya (penerima bunyi) yaitu telinga tidak bisa menerima sinyal ini. 

Dan telinga pulalah yang merupakan alat pendengar panggilan penyeru pada hari qiamat kelak ketika terompet dibunyikan. 

Dan mata membutuhkan cahaya untuk bisa melihat, sedangkan telinga tidak memerlukan hal lain. Maka, jika dunia dalam keadaan gelap, maka mata tidak bisa melihat, walaupun mata anda tidak rusak. Akan tetapi telinga bisa mendengar apapun, baik siang maupun malam; dalam gelap maupun terang benderang. Maka telinga tidak pernah tidur dan tidak pernah berhenti berfungsi.

Bible dan Al-Qur'an Melarang Makan Babi

Bible dan Al-Qur'an Melarang Makan Babi Bible dan Al-Qur'an, keduanya, melarang dari memakan babi. Orang muslim juga meyakini larangan ini sebagai suatu dosa. Bagaimanapun juga, mayoritas pembaca Bible (Injil -pent) mengatakan, "Kami tidak mengetahui dimana kami mendapati teks larangan itu di dalam Bible?!!" 

Dalam buku Leviticus, Bab 11, v 7: "it is recorded that God declares the pig to be unclean for believers" [disebutkan bahwa Allah telah menyatakan Babi (Khinzir, dalam bahasa Arab -pent) tidak baik untuk orang-orang yang beriman] Dan pada bait ke 8, Allah berfirman: "You must not eat their meat or touch their carcasses; they are unclean for you" Kamu tidak boleh makan daging atau menyentuh sembelihan mereka, mereka tidak baik untukmu." Perintah ini diulang pada Deuteronomy 14: 7 - 8; juga dalam Isaiah 65: 2 - 4, dan pada 66:17 Allah memberitahukan sebagai suatu peringatan kepada orang yang memakan babi. 

Sebagian orang merasa bahwa larangan ini berasal Allah, akan tetapi mereka mengatakan bahwa mereka boleh atau bisa makan daging babi karena St. Paul (Sri Paus -pent) mengatakan bahwa semua makanan adalah bersih atau bagus dalam suratnya kepada Romans 14:20. St. Paul mengatakan hal ini (semua makanan adalah baik -pent) karena ia meyakini (sebagaimana yang ia tulis dalam surat kepada Ephesians 2: 14 - 15) bahwa Yesus telah membatalkan hukum yang berkenaan dengan semua perintah dan aturan itu. Dia menunjukkan, bagaimanapun juga, akan kesalahfahaman tentang Yesus. 

Dalam Gospel According to Matthew 5: 17 - 20, Yesus diberitakan memiliki perkataan yang sangat kontadiktif ketika mengatakan: "Do not think that I have come to abolish the Law ...." "Jangan berfikir bahwa aku datang untuk menghapuskan hukum ..." Yesus ketika pergi pada keputusan ini (pada vait ke 19) menyampaikan kepada semua orang yang hendak merusak perintahnya yang terkecil dan mengajarkan orang lain dengan cara yang benar. Dia juga memuji keputusannya, siapa yang ingin melaksanakan dan mengajarkan satu perintah terkecilnya. Satu dari perintahnya itu, sebagaimana kita ketahui, adalah berhenti dari memakan babi." Hal ini mengapa pengikut kebenaran Yesus, mendukung ajarannya itu, tidak membiarkan satu makanan yang tidak baik satupun, seperti babi memasuki mulut mereka, itulah mengapa Peter, pemimpin diskusi, bisa mengatakan: "I have never eaten anything impure or unclean" (Acts of the Apostles, ch. 10, v.14) Aku tidak pernah memakan makanan apapun yang tidak bersih dan tidak baik." 

Lima bab berikutnya, pada Act of the Apostles, 15: 29, kita akan temukan bahwa diskusi asli tetap berbeda antara makann yang baik/bersih dan yang tidak baik/tidak bersih. Dan pada saat ini Paul setuju dengan mereka. Enam bab berikutnya, pada Bab 21, v. 25, keputusan mereka untuk mewajibkan makanan setiap hari kepada orang-orang yang beriman adalah disebutkan tanpa kecuali. Dan pada saat itu, Paul ditantang untuk membuktikan bahwa dirinya sepakat dengan mereka; dan dia pun menunjukkan persetujuan dirinya dengan mereka dengan penuh persetujuan (memakan makanan itu -pent) Apa yang tersisa, berikutnya, bahwa Yesus alaihis salam, memberikan keputusan akhir tentang daging babi. 

Diskusi tersebut juga memastikan hal ini, dan juga mengharuskan orang-orang yang beriman kepadanya (kepada Yesus). Hal inilah yang dilalaikan yang mesti diingatkan dan diinformasikan kembali bahwa aturan ini adalah dari Allah. Ini adalah satu sebab kenapa Allah mengirimkan hukum akhirnya kepada Nabinya yang terakhir, Muhammad. 

Allah berfirman:
 يأهل الكتاب قد جاء كم رسولنا يبين لكم كثيرا مما كنتم تخفون من الكتاب ويعفوا عن كثير، قد جاءكم من الله نور وكتاب مبين (المائدة: 15) 

Wahai Ahli kitab, sungguh telah datang utusan Kami kepada kalian, yang menjelaskan kepada kalian tentang banyak hal yang sudah kalian sembunyikan dari Al-Kitab, dan banyak pula yang kalian biarkan, telah datang dari Allah cahaya dan kitab yang nyata (Q.S. Al-Ma'idah: 15) *** 

Penerjemah: Abu Muhammad ibn Shadiq

Bukti Kebenaran al-Qur'an

Indera Perasa Kulit mampu merasakan. ia merupakan batas luar bagi tubuh. Allah menjadikan kulit tersebut sebagai "radar" yang merupakan indera perasa. Organ "radar" ini bisa mengetahui bahaya yang mengancamnya; bila panas, ia akan memberi tanda bahaya; berjalan kepayahan, ia akan memberi tanda bahaya; terjepit dengan keras, ia akan memberi tanda bahaya, dan bila tertusuk maka ia akan memberi tanda bahaya; bila anda terpotong, ia akan memberi tanda bahaya. 

Kalau bukan karena Allah dan kemudian "radar" ini yang ada pada tubuh bagian luar, tentu anda ketika sedang berjalan-jalan di pasar kemudian datang seseorang dan memotong tanganmu dan anda tidak tahu. Maka Allah menjadikan kulit anda memiliki fungsi-fungsi ini untuk menolong dan melindungimu sebagai bukti rahman dan rahimnya Allah subhanahu wa ta'alaa. Dan indera perasa ketika panas, dingin tidak akan dirasakan oleh tubuh manusia kecuali hanya di bagian kulit saja. 

Dan pada organ kulit ini terdapat syaraf-syaraf perasa yang bisa merasakan panas atau pun dingin. Ketika para penghuni neraka memasuki neraka pada hari qiamat, maka api neraka memakan kulitnya. Maka, apakah setelah hangusnya kulit, manusia akan merasakan pedihnya api? Jawabannya adalah: tidak, sebab apabila kulit sudah mati maka mati pula syara-syaraf perasanya. 

Oleh karena itu, para dokter mengatakan, "Apabila manusia terkena bakar, maka ia akan terluka, yaitu api tersebut menghanguskan kulinya sehingga tidak sakit lagi, sebab syaraf-syaraf kulitnya sudah mati -seperti rambut dan kuku, bila kita mencukur atau memotongnya maka kita tidak merasa sakit, sebab rambut dan kuku tidak mengandung syaraf-syaraf yang bisa menghantarkan rasa sakit. Maka, apa yang akan menimpa penghuni neraka, bila mereka telah memasuki neraka? Maka, yang terjadi adalah api yang memakan (menghanguskan) kulitnya dan rilekslah sudah... 

Akan tetapi Allah subhanahu wa ta'alaa yang telah menciptakan kulit, telah berfirman dalam Al-Qur'an: Sesungguhnya orang-orang yang kafir (mengingkari) ayat-ayat kami (Al-Qur'an), Kami pasti akan memasukkan mereka ke dalam Neraka, maka setiap kali hangus kulit mereka, kami ganti kulit merek atersebut dengan kulit yang baru sehingga mereka merasakan adzab yang pedih (Q.S. An-Nisaa: 56) Sebab adzab yang menimpa kulit, bila kulit sudah hangus, maka tidak berguna lagi karena tidak adakan dirasakan lagi, akan tetapi Allah mengembalikan kulit tersebut dengan kulit baru sehingga mereka merasakan adzab tersebut.

Jantung dan Pusat Akal Manusia

Pertanyaan: Apakah pusat keimanan dan kesabaran manusia ada di dalam jantung (Al-Qalbu) ? Dan jika demikian, maka bagaimana keadaannya jika jantung itu dioperasi dan digantikan dengan jantung buatan ? Dan apakah jantung yang disebutkan di dalam Al-Qur'an dan Al-Sunnah sama dengan jantung yang disebut dalam ilmu anatomi? 

Jawaban: Kami pernah meneliti permasalahan ini dan kami sudah menemukan jawabannya. Sejak beberapa saat, kami mengutus seorang utusan ke Pusat penelitian aktivitas jantung buatan di Amerika. Maka terjadilah dialog sebagaiberikut: 
Utusan kami: Kalau diperbolehkan, kami ingin bertemu dengan pasien (orang yang baru diganti jantungnya dengan jantung buatan). 
Para pakar jantung: Tidak boleh, Anda tidak diizinkan untuk mewawancarainya !! 
Utusan kami: Kenapa tidak boleh, kami hanya ingin menemui dan bertanya kepadanya ." 
Maka para pakar jantung tersebut menolak dan terus menolaknya dengan keras. 
Para pakar jantung: Informasi apa yang ingin anda peroleh dari pasien kami, kami akan memberikannya kepada anda". 
Utusan kami: Kalau Rabb kami Allah ta'alaa mengizinkan, maka informasi yang kami peroleh akan menjadi bukti mukjizat kebenaran Al-Qur'an secara ilmiah dan kami akan membicarakannya di waktu-waktu mendatang. Ini, insya Allah, akan kalian saksikan dan kalian ketahui". Maka kami pun menyepakati dan mengikuti. Dan ternyata di sana ada salah seorang profesor dari Univ. Al-Mulk Abdul Aziz. 
Dia berkata kepadaku, "Apakah anda belum mendengar informasi baru ?" 
Utusan kami: Tentang apa?" 
Profesor: Diberitakan di sebuah harian sejak 3,5 tahun yang lalu. Harian tersebut mengatakan bahwa mereka telah berhasil mengungkap bahwa jantung bukan hanya tempat bagi darah semata!!! Bahkan, juga merupakan pusat akal dan berfikir manusia. 
Utusan kami: Allahu Akbar, tunjukan kepada kami harian (koran) itu." Maka kami pun menerima koran tersebut, dan sampai kini koran tersebut ada padaku". Ini yang pertama. Kemudian waktu pun berlalu, kami hadir di pusat penggantian jantung di Yordania. Aku katakan bahwa negeri ini adalah negeri Arab, mungkin kita akan lebih mudah insya Allah untuk mendapatkan informasi tentang hal itu. Dan mungkin juga kita bisa melihat dengan mata kepala kita. Maka salah seorang yang terus mengikuti pembicaraan ini berkata, "Apakah anda pernah mendengar sebuah konferensi pers tentang orang pertama yang diganti jantungnya?" Aku katakan, "Belum pernah." Ia berkata, "Konferensi pers tersebut mengatakan bahwa andai anda bersama dengan kami di dalam rumah tentu kalian akan melihat/menyaksikan perilaku ini , tentu kalian tidak mengira bahwa aku akan begini. Masih tersisa satu masalah, akan tetapi hal itu di luar konteks pembahasannya. 

Pagi hari ini, salah seorang dokter Saudi Arabia yang sedang sibuk konsentrasi dalam penggantian jantung menghubungiku dan dirinya ingin kembali berbicara tentang pembahasan yang tertinggal tersebut. 
Maka aku pun menanyakannya: Aku ingin pembicaraan kita tentang perubahan-perubahan akal dan fikiran dan emosional yang terjadi, dan kemampuan untuk memilih pada orang yang diganti jantungnya. Apa yang terjadi ?" 
Dokter : Pertama, aku ingin katakan kepada anda satu informasi yang sedang dihadapi para dokter yang melakukan penggantian jantung, bahwa jantung baru yang dipasang pada tubuh pasien tidak memiliki emosi dan perasaan". 
Saya berkata: maksudnya bagaimana?" 
Dokter: "Orang yang dipasangi Jantung tersebut jika aku mendekatinya dengan tiba-tiba, dia tidak merespon samasekali, seolah tidak ada sesuatu mengancamnya, jantungnya seolah dingin tidak bisa mengirimkan merespon apapun ke seluruh organ tubuhnya". 
Aku berkata: Ini insya Allah akan mengungkap sejumlah hal yang merupakan mukjizat Al-Qur'an dan akan menjelaskan apa yang selama ini kita teliti, sabarlah sebentar, sebab masalah ini masih dalam permulaan dan mereka pun mengatakan bahwa mereka telah berhasil mengungkap bahwa jantung, di dalamnya terdapat hormon-hormon akal dan berfikir. Hormon inilah yang mengirimkan perintah-perintah akal ke seluruh organ tubuh, dan sesungguhnya jantung adalah pusat akal dan berfikir, danbukanlah sekedar tempat sirkulasi darah semata. Allah benar-benar Maha Mengetahui, dan waktu yang kami janjikan sudah dekat, insya Allah. 
Allah berfirman: 
ولقد ذرأنا لجهنم كثير من الجن والإنس، لهم قلوب لا يفقهون بها ولهم أعين لا بيصرون بها ولهم أذان لا يسمعون بها، ألـئك كالأنعام، بل هم أضل، ألـئك هم الغافلون 

Dan kami (Allah) telah jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia; mereka memiliki qulub (jantung) akan tetapi jantungnya tidak mereka gunakan untuk memahami; mereka memiliki mata tapi tidak mereka gunakan untuk melihat; dan mereka memiliki telinga akan tetapi tidak mereka gunakan untuk mendengar ayat-ayat Allah. Mereka layaknya binatang ternak, bahkan lebih rendah daripada itu, dan merekalah orang-orang yang lalai. (QS. Al-A'raaf, 179) 
( Sumber: Al-I'jaaz Al-Ilmiy fii Al-Qur'an wa Al-Sunnah )

Cara Jin Mengganggu Manusia dan Cara Berlindungi darinya

Pertanyaan: Apakah jin dapat memberikan pengaruh kepada manusia, dan bagaimana cara melindungi diri dari mereka? 

Jawaban: Tidak diragukan bahwa jin dapat memberikan pengaruh kepada manusia dengan gangguan yang adakalanya bisa mematikan, adakalanya mengganggu dengan lemparan batu, dengan menakut-nakuti manusia, dan hal-hal lainnya yang disahkan oleh sunnah dan ditunjukkan oleh kenyataan. 

Diriwayatkan secara sah bahwa Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam mengizinkan seorang sahabatnya untuk pergi kepada keluarganya dalam suatu peperangan -yang saya kira perang Khandaq-. Ia seorang pemuda yang baru saja menikah. Ketika sampai di rumahnya, ternyata istrinya berada di depan pintu. Ia mengingkari perbuatan istrinya itu, lalu berkata kepadanya, "Masuklah!" Ketika pemuda ini masuk, ternyata seekor ular melingkar di atas tempat tidur. Dengan tombak yang berada di tangannya, ia menikam ular tersebut dengan tombak tersebut hingga mati. Dalam waktu yang bersamaan -yakni pada saat ular itu mati- maka pria ini juga mati. Perawi tidak tahu, mana yang lebih dulu mati: ular atau orang itu. 

Ketika berita itu sampai kepada Nabi Shalallaahu alaihi wasalam, beliau melarang membunuh ular yang berada di rumah kecuali ular yang ganas dan berbisa. Beliau bersabda, "Sesungguhnya di Madinah terdapat para jin yang telah masuk Islam. Jika kalian melihat sesuatu dari mereka, maka izinkanlah ia selama tiga hari. Jika ia menampakkan diri kepadamu sesudah itu, maka bunuhlah. Sebab, sesungguhnya ia adalah setan." 

Ini dalil yang menunjukkan bahwa jin itu adakalanya menzhalimi manusia dan menganggu mereka, sebagaimana fenomena membuktikan hal itu. Berita-berita telah mutawatir dan sangat banyak menyebutkan bahwa manusia adakalanya memasuki rumah rumah kosong lalu dilempar dengan batu pada tidak melihat seorang pun di dalam rumah kosong itu. Adakalanya ia men-dengar suara-suara dan adakalanya mendengar desingan lembut seperti suara pohon serta sejenisnya yang membuat ketakutan dan terganggu kerenanya.

Demikian pula adakalanya jin merasuki tubuh manusia, baik dengan kecintaan, untuk bermaksud mengganggunya maupun sebab-sebab lainnya. Ini diisyaratkan oleh firmanNya, "Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila." (Al-Baqarah: 275). Pada jenis ini adakalanya jin berbicara dari batin manusia itu sendiri, berbicara kepada siapa yang membacakan ayat-ayat al-Qur'an di hadapannya, adakalanya pembaca al-Qur'an mengambil janjinya supaya tidak kembali lagi, dan perkara-perkara lainnya yang banyak diberitakan oleh riwayat-riwayat dan tersebar di tengah-tengah manusia. 

Atas dasar ini maka benteng yang dapat menghalangi dari kejahatan jin ialah seseorang membaca apa yang direkomendasikan oleh Sunnah yang dapat membentengi diri dari mereka, semisal ayat Kursi. Sebab, jika seseorang membaca ayat Kursi, pada suatu malam, maka ia senantiasa mendapat penjagaan dari Allah dan setan tidak mendekatinya hingga Shubuh. Dan, Allah adalah Maha Pemelihara. 

Fatawa al-'Ilaj bi al-Qur’an wa as-Sunnah - ar-Ruqa wama yata'allaqu biha, Syaikh Ibn Baz, Ibn Utsaimin, al-Lajnah ad-Da'imah, hal. 65-66. Dan fatwa ini adalah fatwa Syaikh Muhammad bin Utsaimin

Apakah jin dan syetan bisa / akan mati?

Dr.'Umar Sulaiman Al-Asyqar menjawab apa yang anda tanyakan tersebut diatas, dalam kitabnya 'Alam Al-Jinn wa Al-Syayathin, edisi Indonesia Jin, Setan, dan Iblis Menurut Al-Aur'an dan Sunnah, dan saya akan menyalinkannya secara ringkas. 

DEFINISI JIN Jin adalah suatu kehidupan yang berbeda dengan kehidupan manusia maupun malaikat. Ada titik persamaan antara manusia dengan jin, yaitu sama-sama berakal, dan sama-sama memiliki kemampuan memahami serta kemampuan memilih jalan yang baik dan buruk. Akan tetapi, jin berbeda dengan manusia dalam sejumlah hal, dan yang terpenting adalah dalam hal asal penciptaan. Mereka disebut jin karena mereka tidak terlihat oleh mata, "Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya dapat melihat kalian padahal kalian tidak dapat melihat mereka" [Al-A'raf : 27] 

ASAL JIN Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjelaskan bahwa jin diciptakan dari api. Dalam firman-Nya disebutkan. "Kami telah menciptakan jin sebelum Adam dari api yang sangat panas" [Al-Hijr : 27] dan "Dia menciptakan jin dari nyala api" [Al-Rahman : 15] Ibn 'Abbas, Ikrimah, Mujahid, Al-Hasan, dan penafsir lain menafsirkan "nyala api" ( marij min nar) sebagai nyala yang terpanas. Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa maksudnya adalah api yang murni dan terbaik [Al-Bidayah wa Al-Nihayah, 1/59]. Imam Al-Nawawi, dalam kitab Syarh Muslim, mengatakan, "Al-Marij adalah nyala api yang bercampur dengan api yang hitam". Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Aisyah, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api, dan Adam Alaihis Salam diciptakan dari tanah, sebagaimana telah dijelaskan kepada kalian". 

WAKTU PENCIPTAAN Kita tidak dapat meragukan lagi bahwa jin diciptakan lebih dahulu dibanding manusia, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk, dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas" [Al-Hijr : 26-27] Di dalam ayat tersebut, Allah Subhanahu wa Ta'ala menyatakan secara eksplisit bahwa jin diciptakan sebelum manusia. 

KEMATIAN SETAN Tidak perlu diragukan lagi bahwa golongan jin, termasuk di dalamnya setan, akan mati. Sebab, mereka semua termasuk ke dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, "Semua yang ada di bumi akan binasa. Dan tetap kekal wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. Maka ni'mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan" [Al-Rahman : 26-28] Dalam shahih Bukhari disebutkan riwayat dari Ibn Abbas bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, pernah berkata, "Aku berlindung kepada keagungan-Mu, tidak ada tuhan melainkan Engkau yang tidak akan pernah mati, sedangkan jin dan manusia akan mati". Sedangkan tentang umur mereka, yang dapat kita ketahui hanyalah yang diceritakan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, tentang iblis, bahwa dia akan tetap hidup sampai datangnya hari kiamat, "Iblis menjawab, 'Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan' Allah berfirman : 'Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh" [Al-A'raf : 14-15]. Adapun selain iblis, yang kita ketahui hanyalah mereka berumur lebih panjang dibandingkan manusia. Di antara dalil-dalil yang menunjukkan bahwa mereka akan mati adalah bahwa Khalid bin Walid pernah membunuh setan yang ada di Al-'Uza (sebuah pohon yang disembah oleh bangsa Arab), dan bahwa salah seorang sahabat pernah membunuh jin yang berbentuk ular, sebagaimana akan dijelaskan nanti.

[Jin, setan dan Iblis Menurut Al-Qur'an dan Sunnah, hal.16-18, 33-34 Serambi Ilmu Semesta] ------------------------------------------------------------------------

Apakah Adzab Kubur Dapat Diringankan?

Apakah Adzab Kubur Terhadap Orang Mukmin Dapat Diringankan? Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Pertanyaan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Apakah adzab kubur terhadap orang mukmin yang berbuat maksiat dapat diringankan? 

Jawaban Ya, kadang-kadang diringankan, karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah lewat dua kubur lalu berkata : “Keduanya benar-benar sedang diadzab, keduanya diadzab karena hal yang besar, benar, dia itu hal yang besar, salah satunya diadzab karena tidak bersuci dari kencing, atau beliau berkata : “Tidak bertabir waktu kencing, dan yang lain diadzab karena suka mengadu domba/membuat fitnah”. Kemudian beliau mengambil pelepah yang masih basah, lalu dibagi dua kemudian menancapkan pada tiap kubur satu buah dan berkata : “Semoga adzab keduanya diringankan selama pelepah itu berlum kering” 

[1] Ini merupakan dalil bahwa terkadang adzab kubur itu bisa diringankan, namun apa hubungan antara dua pelepah kurma yang basah itu dengan diringankannya dua orang yang sedang diadzab ini ? [1]. Ada yang berpendapat bahwa kedua pelepah ini senantiasa bertasbih selama belum kering, sedangkan tasbih bisa meringankan adzab bagi si mayit. Kesimpulan dari illat ini –yang kadang meleset jauh- bahwasanya disunnahkan kepada manusia untuk pergi ke kuburan dan bertasbih di sisinya agar adzabnya diringankan.

[2]. Sebagian ulama berkata : Penentuan seperti diatas adalah lemah karena dua pelepah itu tetap bertasbih baik dalam keadaan basah maupun kering, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman. “Artinya : Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memujiNya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun” [Al-Isra : 44] 

Pernah terdengar tasbihnya kerikil oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, padahal kerikil itu kering, jadi apa illatnya? Illatnya adalah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mengharap kepada Allah Azza wa Jalla agar adzab kedua orang itu diringankan selama dua pelepah itu masih basah, artinya bahwa tempo waktunya tidak panjang, dan hal itu dalam rangka untuk memberi peringatan akan perbuatan kedua orang tadi karena perbuatan mereka berdua itu persoalan besar, sebagaimana diterangkan dalam sebuah riwayat : “benar, bahwa itu adalah urusan besar”. Orang yang pertama tidak bersuci dari kencing, dan bila tidak bersuci dari kencing berarti dia shalat tanpa bersuci. 

Sedangkan yang kedua banyak memfitnah/mengadu domba, yang merusak hubungan antara hamba-hamba Allah –aku berlindung kepada Allah- serta melemparkan diantara mereka api permusuhan dan kebencian, dan ini adalah persoalan besar. Inilah pendapat yang paling dekat dengan kebenaran, bahwa hal hal itu merupakan syafa’at sementara sebagai peringatan untuk umat bukan merupakan kebakhilan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memberi syafa’at selamanya. 

Beralih dari pembicaraan, kami katakan : bahwa sebagian ulama –semoga Allah memaafkan mereka- mengatakan : “Disunnahkan agar manusia meletakkan pelepah basah, atau pohon atau semacamnya di atas kuburan agar adzabnya diringankan, akan tetapi kesimpulan ini jauh sekali dan tidak boleh kita melakukan hal itu karena beberapa alasan : 

Pertama : Kita tidak tahu bahwa orang tersebut sedang diadzab, berbeda halnya dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. 

Kedua : Jika kita melakukan hal itu maka kita telah berbuat buruk sangka terhadap mayit itu karena telah punya dugaan jelek (su’udzon) kepadanya bahwa dia sedang diadzab, siapa tahu dia sedang diberi nikmat. Siapa tahu mayit ini termasuk orang yang mendapat ampunan dari Allah sebelum matinya karena adanya satu dari sekian banyak sebab ampunan, lalu dia mati dan Rabb para hamba telah mema’afkannya, dan saat itu dia tidak berhak mendapatkan adzab. 

Ketiga : Kesimpulan ini menyelisihi pemahaman Salafush Shalih yang mereka itu merupakan manusia yang paling mengerti tentang syari’at Allah. Tidak ada seorangpun dari sahabat Radhiyalahu ‘anhum yang mengerjalan hal itu, lalu apa urusannya kita melakukan hal itu? 

Keempat : Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah membuka bagi kita (amal) yang lebih baik daripada hal itu. Bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila telah usai penguburan mayit beliau berdiri dan berkata : “Artinya : Mintakanlah ampunan untuk saudaramu dan mintalah untuknya keteguhan karena dia sekarang akan ditanya” 

[2] [Disalin dari kitab Majmu Fatawa Arkanil Islam, edisi Indonesia Majmu Fatawa Solusi Problematika Umat Islam Seputar Akidah dan Ibadah, Penulis Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Terbitan Pustaka Arafah] __________ Foote Note [1]. Dikeluarkan oleh Bukhari, Kitabul Janaiz, Bab Adzabul Qabri Minal Ghibah wal Baul : 1378 dan Muslim, Kitab Thaharah, bab Ad-Dalil A’la Najasatil Baul wa Wujubil Istira’ minah : 292 [2]. Diriwayatkan oleh Abu Daud, kitabul Jazaiz, bab Istighfar ‘indal qabri Lil Mayyit Fi Waqtil Inshairat : 3221]

Apa Karomah para wali itu?

Tanya : Apakah para wali memiliki karomah, apakah mereka mengatur alam raya di langit dan di bumi dan apakah mereka dapat memberikan syafaat –sementara mereka di alam barzakh- kepada penghuni dunia atau tidak ? 

Jawab : Karomah adalah perkara yang terjadi di luar kebiasaan yang Allah tampakkan lewat seorang hamba yang shaleh baik dalam keadaan hidup atau mati, sebagai pertanda kemuliaannya yang dengannya dia dapat menolak bahaya atau mendatangkan manfaat atau memenangkan yang haq. 

Hal tersebut tidak dimiliki hamba yang shaleh tadi kecuali jika Allah memberinya. Sebagaimana Rasulullah tidak dapat mendatangkan mu’jizat dari dirinya, tetapi semua itu dari Allah semata. Allah ta’ala berfirman: “ Dan orang-orang kafir Mekkah berkata: “ Mengapa tidak diturunkan kepadanya mukjizat-mukjizat dari Tuhannya ?”, katakanlah : “ Sesung-guhnya mukjizat-mukjizat itu terserah kepada Allah. Dan sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan yang nyata (Al Ankabut 50) 

Demikian juga orang shalih tidak mengatur jagad raya baik yang di langit maupun di bumi, kecuali apa yang Allah berikan lewat sebab-sebab sebagaimana manusia pada umumnya, seperti bertani, membangun, berdagang dan yang semacamnya dari perbuatan manusia atas izin Allah ta’ala. Dan tidak mungkin mereka memberikan syafa’at sedang mereka di alam barzakh kepada seseorang makhluk baik dia dalam keadaan hidup atau telah meninggal. 

Allah ta’ala berfirman: “Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memberi syafa’at; akan tetapi ( orang yang dapat memberi syafaat ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini (nya) “ (Az Zukhruf 86) مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ البقرة : 255 “ Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah kecuali seizin-Nya “ (Al Baqarah 255) Siapa yang berkeyakinan bahwa mereka (para wali) mengatur alam raya ini atau bahwa mereka mengetahui hal yang ghaib maka dia kafir berdasarkan firman Allah Ta’ala : للهِ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَا فِيْهِنَّ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ المائدة :120 “ Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada didalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu “ (Al Maidah 120) قُلْ لاَ يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ الْغَيْبَ إِلاَّ اللهُ [ النمل : 65 ] “ Katakanlah : “ Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah “ (An Naml 65) 

Firman Allah ta’ala memerintah-kan nabi-Nya yang dapat menghilang-kan kerancuan dan memperjelas yang haq: “ Katakanlah: “Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku, tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan . Aku tidak lain hanya pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang beriman “ (An Naml 188). (Dinukil dari : فتاوى اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء 

Kumpulan Fatwa al Lajnah ad Daimah li al Buhuts al ‘Ilmiyyah wa al Ifta, Lembaga tetap pengkajian ilmiah dan riset fatwa Saudi Arabia. P.O. Box 1419 Riyadh 11431)

Bersin dan Menguap

Rasulullah bersabda:
عن أبي هريرة رضي الله تعالى عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: (( إن الله يحب العطاس ويكره التثاؤب، فإذا عطس فحمد الله فحق على كل مسلم سمعه أن يشمته، وأما التثاؤب فإنما هو من الشيطان فليرده ما استطاع، فإذا قال: ها، ضحك منه الشيطان )) صحيح البخاري في الأدب 6223
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ta'alaa anhu, Rasulullah bersabda, "Sungguh Allah mencintai orang yang bersin dan membenci orang yang menguap, maka jika kalian bersin maka pujilah Allah, maka setiap orang yang mendengar pujian itu untuk menjawabnya; adapun menguap, maka itu dari syaitan, maka lawanlah itu sekuat tenagamu. Dan apabil seseorang menguap dan terdengar bunyi: Aaaa, maka syaitan pun tertawa karenanya". Shahih Bukhari, 6223.
Imam Ibn Hajar berkata, "Imam Al-Khathabi mengatakan bahwa makna cinta dan benci pada hadits di atas dikembalikan kepada sebab yang termaktub dalam hadits itu. Yaitu bahwa bersin terjadi karena badan yang kering dan pori-pori kulit terbuka, dan tidak tercapainya rasa kenyang. Ini berbeda dengan orang yang menguap. Menguap terjadi karena badan yang kekenyangan, dan badan terasa berat untuk beraktivitas, hal ini karena banyaknya makan . Bersin bisa menggerakkan orang untuk bisa beribadah, sedangkan menguap menjadikan orang itu malas (Fath-hul Baari: 10/6077)
Nabi menjelaskan bagaimana seseorang yang mendengar orang yang bersin dan memuji Allah agar membalas pujian tersebut.
Rasulullah bersabda:
(( إذا عطس أحدكم فليقل الحمد لله، وليقل له أخوه أو صاحبه: يرحمك الله، فإذا قال له يرحمك الله فليقل: يهديكم الله ويصلح بالكم )) صحيح البخاري في الأدب: 6224
Apabila salah seorang diantara kalian bersin, maka ucapkanlah Al-Hamdulillah, dan hendaklah orang yang mendengarnya menjawab dengan Yarhamukallahu, dan bila dijawab demikian, maka balaslah dengan ucapan Yahdikumullahu wa Yushlihubaalakum (HR. Bukhari, 6224)
Dan para dokter di zaman sekarang mengatakan, "Menguap adalah gejala yang menunjukkan bahwa otak dan tubuh orang tersebut membutuhkan oksigen dan nutrisi; dan karena organ pernafasan kurang dalam menyuplai oksigen kepada otak dan tubuh. Dan hal ini terjadi ketika kita sedang kantuk atau pusing, lesu, dan orang yang sedang menghadapi kematian. Dan menguap adalah aktivitas menghirup udara dalam-dalam melalui mulut, dan bukan mulut dengan cara biasa menarik nafas dalam-dalam !!! Karena mulut bukanlah organ yang disiapkan untuk menyaring udara seperti hidung. Maka, apabila mulut tetap dalam keadaan terbuka ketika menguap, maka masuk juga berbagai jenis mikroba dan debu, atau kutu bersamaan dengan masuknya udara ke dalam tubuh. Oleh karena itu, datang petunjuk nabawi yang mulia agar kita melawan "menguap" ini sekuat kemampuan kita, atau pun menutup mulut saat menguap dengan tangan kanan atau pun dengan punggung tangan kiri.
Bersin adalah lawan dari menguap yaitu keluarnya udara dengan keras, kuat disertai hentakan melalui dua lubang: hidung dan mulut. Maka akan terkuras dari badan bersamaan dengan bersin ini sejumlah hal seperti debu, haba' (sesuatu yang sangat kecil, di udara, yang hanya terlihat ketika ada sinar matahari), atau kutu, atau mikroba yang terkadang masuk ke dalam organ pernafasan. Oleh karena itu, secara tabiat, bersin datang dari Yang Maha Rahman (Pengasih), sebab padanya terdapat manfaat yang besar bagi tubuh. Dan menguap datang dari syaithan sebab ia mendatangkan bahaya bagi tubuh. Dan atas setiap orang hendaklah memuji Allah Yang Maha Suci Lagi Maha Tinggi ketika dia bersin, dan agar meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk ketika sedang menguap
 (Lihat Al-Haqa'iq Al-Thabiyah fii Al-Islam: hal 155)

 

NETWORKEDBLOGS

MITRA LINK

WIDGEO

    blog-jasri.blogspot.com-Google pagerank,alexa rank,Competitor

TUKAR LINK

SAHABAT

al-Ilmu Naafi' © 2012 | Template By Jasriman Sukri