Terkadang seseorang tidak melakukan sesuatu, enggan berbuat, lantaran rasa malu yang menderanya. Seakan-akan orang lain hendak menertawaakan apa yang akan dikerjakanya. Padahal hanya perasaan serta prasangkanya semata.
Mengambil sampa di jalan malu, menyebrangkan nenek-nenek di jalan raya, enggan dan gengsi, belajar ngaji diusia remaja malu, pakai jilbab malu, disuruh MC malu, disuruh berpidato di depan umum malu.
Mentang-mentang dirinya ber-jas (maaf ya bai yang sedang ber-jas), mentang-mentang dirinya udah rapih, bersih, lantas tangannya seperti enggan untuk menuntun sang nenek. Seakan kehinaan yang akan ia dapatkan jika ia membantunnya, seakan menurunkan wibawa serta harga dirinya. Maaf ya, kalau ada yang tersingung!!!
Sebuah untaian mutiara: “malu berbuat kebaikan adalah kuman. Malu berbuat kejahatan adalah iman.” Rasulullah SAW pun pernah menyatakan bahwa “salah satu perhiasan iman adalah malu.”
Yap….sekali lagi malu adalah perhiasan iman. Namun tentu saja malu yang dimaksud adalah malu yang sesuai pada tempatnya. Misalnya bermaksiat atau melakukan tindakan-tindakan yang tidak baik. Malu yang demikianlah yang dianjurkan. Kalau malunya bukan pada tempatnya, harus diberantas tas tas! Sampai ludes des des ! istila politisinya sweeping(disapu bersih).
Yap….sekali lagi malu adalah perhiasan iman. Namun tentu saja malu yang dimaksud adalah malu yang sesuai pada tempatnya. Misalnya bermaksiat atau melakukan tindakan-tindakan yang tidak baik. Malu yang demikianlah yang dianjurkan. Kalau malunya bukan pada tempatnya, harus diberantas tas tas! Sampai ludes des des ! istila politisinya sweeping(disapu bersih).
{ 0 Comment... Skip ke Box Comments }
Post a Comment